Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi pasar yang masih penuh tantangan, sejumlah produsen elektronik nasional tetap berupaya mencuil peluang pada 2025.
Salah satu produsen, PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) mengakui, kondisi pasar elektronik pada awal 2025 cenderung negatif, terutama untuk produk Air Conditioner (AC) yang mengalami penurunan penjualan seiring musim hujan yang tak menentu.
Walau begitu, momen Ramadan yang sebentar lagi tiba coba dimaksimalkan oleh Polytron. Merek yang terafiliasi dengan Grup Djarum ini meyakini permintaan produk lemari es akan meningkat ketika bulan puasa nanti.
Baca Juga: Penjualan Polytron Naik 14% pada 2024 di Tengah Penurunan Daya Beli Masyarakat
"Kami menargetkan pertumbuhan kinerja penjualan 10% pada tahun ini," kata Direktur Komersial Polytron Tekno Wibowo, Selasa (11/2).
Selain lemari es, Polytron akan mengandalkan produk seperti TV LED layar lebar 100 inchi dan mesin cuci front loading untuk mendongkrak pertumbuhan penjualan pada 2025.
Senada, PT Sharp Electronics Indonesia memandang bulan Ramadan sebagai momentum untuk mengerek kinerja. Permintaan terhadap beberapa jenis produk elektronik buatan Sharp tampak mulai tumbuh sejak Januari 2025.
"Produk yang banyak dicari saat ini adalah lemari es, kemudian diikuti oleh mesin cuci dan TV LED. Sebaliknya, AC mengalami perlambatan," ungkap National Sales Senior General Manager Sharp Electronics Indonesia Andry Adi Utomo, Selasa (11/2).
Baca Juga: Program Subsidi Masih Belum Pasti, Polytron Tetap Genjot Penjualan Motor Listrik
Di sisi lain, Sharp menilai prospek pasar elektronik Indonesia tahun ini masih sulit diprediksi. Selain ketidakpastian ekonomi, pemangkasan anggaran kementerian/lembaga juga bisa berdampak pada permintaan produk elektronik dari pelanggan pemerintah.
Walau begitu, Sharp memberi sinyal akan tetap aktif meluncurkan produk baru di tahun ini, terutama untuk kategori small home appliance (SHA).
Baik Sharp dan Polytron juga sama-sama mengeluhkan maraknya peredaran produk elektronik impor murah dari China di Indonesia semenjak Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 8 Tahun 2024 diberlakukan. Produk-produk impor ini ada yang beredar di e-commerce dan belum tentu memenuhi SNI.
"Jika pemerintah tidak membendungnya, bukan tidak mungkin industri elektronik dalam negeri akan sangat sulit bersaing," pungkas Andry.
Selanjutnya: Menteri Bahlil Godok Pembentukan Badan Pengawas LPG 3 Kg, Apa Tugasnya?
Menarik Dibaca: 5 Jus untuk Menurunkan Kolesterol Lebih Cepat, Minum Secara Teratur!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News