kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Populasi ayam petelur dipangkas


Kamis, 30 Maret 2017 / 11:52 WIB
Populasi ayam petelur dipangkas


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Tren penurunan harga telur ayam ras sejak awal tahun ini ditengarai terjadi lantaran populasi ayam petelur yang berlebihan sehingga stok telur di pasaran melonjak. Alhasil, harga terjun bebas, khususnya di tingkat peternak ayam petelur atau layer yang berada di bawah Harga Pokok Produksi (HPP).

Untuk mengatasi kelebihan populasi ayam petelur komersial ini, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kemtan) mengeluarkan surat edaran bagi perusahaan produsen telur ayam ras untuk mengurangi populasi ayam petelur komersial.

Surat edaran tertanggal 27 Maret 2017 tersebut menjelaskan bahwa saat ini, produksi telur sudah berlebihan sehingga memincu penurunan harga. Untuk itu, perlu dilakukan afkir dini Final Stock (FS) ayam petelur komersial pada usia 70 minggu. Kebijakan ini berlaku bagi perusahaan yang memiliki populasi FS minimal 100.000 ekor.

Tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan. Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 61/ 2016 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras terutama pasal 6 ayat 1 dan pasal 7 ayat 1.

Surat edaran tersebut berlaku sejak diterbitkan dan dapat dilaksanakan semua pihak yang melakukan usaha dibidang peternakan ayam petelur. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemtan I. Ketut Diarmita mengatakan, surat edaran tersebut sesuai dengan tugas pokoknya sebagai regulator.

Setelah dilakukan pengkajian, maka diperlukan pengurangan produksi bibit ayam atau Day Old Chick (DOC) ayam ras sebanyak 5 juta ekor per pekan. "Kami ingin produksi DOC ditekan dari 63 juta ekor menjadi 58 juta ekor per pekan atau pemotongan sebanyak 8%," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (29/3).

Ketut bilang, proses afkir dini ini akan dilakukan secara bertahap dan pengurangan FS akan dihentikan apabila harga telur di tingkat peternak sudah kembali normal, yakni di kisaran Rp 18.000-Rp 19.000 per kilogram (kg) dibandingkan harga saat ini yang berkisar Rp 13.000-Rp 14.000 per kg.

Ditujukan bagi peternak

Jusi Jusran, Assistant Vice President Poultry Breeder PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) Tbk mengatakan, pihaknya telah mendapatkan surat edaran dari Kemtan tersebut. Ia bilang, surat edaran itu ditujukan bukan hanya kepada korporasi peternakan besar seperti CPI, tapi juga kepada peternak secara umum yang memiliki populasi ayam petelur minimal 100.000 ekor dan usia ayam petelurnya di atas 70 hari.

Menurut Jusi, selama ini, masih ada banyak peternak ayam petelur yang menyimpan ayam petelur sampai usia 90 minggu. "Jadi himbauan dari Kemtan ini ditujukan kepada ribuan peternak layer," ujarnya.

Jusi mengatakan, selama ini, CPI sendiri hanya memiliki sedikit ayam petelur, yakni di kisaran 1 juta ekor sampai 1,5 juta ekor. Jumlah ini hanya sekitar 1% dari perkiraan populasi ayam petelur nasional yang mencapai sekitar 130 juta ekor sampai 150 juta ekor.

Selain itu, CPI juga memiliki ayam petelur rata-rata dengan usia tidak lebih dari 70 minggu. "Kami tidak memelihara ayam petelur sedemikian tua atau tidak lebih dari usia 70 minggu," imbuhnya.

Karena itu, Jusi bilang, perusahaan akan meneruskan informasi dari Kemtan tersebut kepada para peternak ayam petelur yang selama ini menjadi pelanggan CPI dalam membeli DOC ayam petelur. Dengan demikian, informasi untuk afkir dini bagi ayam petelur bisa sampai dan segera dilaksanakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×