kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Populasi sapi NTT tumbuh rata-rata 5,8% per tahun


Kamis, 21 April 2016 / 18:57 WIB
Populasi sapi NTT tumbuh rata-rata 5,8% per tahun


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kemtan) mencatat, rata-rata populasi sapi di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami peningkatan 5,8% dalam lima tahun terakhir. 

Pertumbuhan populasi sapi tersebut didominasi oleh jenis sapi bali dan sapi ongole yang mencapai 5,8% dari total populasi sapi nasional.

Direktur Jenderal PKH Kemtan Muladno, mengatakan, kementeriannya terus menjaga pertumbuhan populasi sapi di NTT. Kemtan, kata Muladno, ingin menjadikan NTT memiliki slogan "Nusa Ternak Terbaik". 

Menurutnya, NTT merupakan wilayah kepulauan penyedia ternak-ternak kualitas terbaik di Indonesia. "Ini ditunjukkan dengan ketersediaan sapi dengan bobot yang diharapkan para pelaku usaha," ujar Muladno dalam keterangan tertulis, Kamis (21/4).

Muladno menjelaskan, sebagai upaya dalam rangka meningkatkan populasi sapi potong untuk mewujudkan kedaulatan pangan asal ternak dan kesejahteraan peternak, maka Pemerintah telah mengembangkan model pengembangan peternakan rakyat melalui pendekatan Sentra Peternakan Rakyat (SPR).

SPR merupakan suatu model pemberdayaan masyarakat dalam hal ini para peternak, dalam mengelola usaha peternakannya yang berorientasi bisnis kolektif sehingga dapat berperan sebagai media pembangunan peternakan secara terintegrasi bagi pembangunan peternakan.

Sehingga, kehadiran SPR diharapkan akan melahirkan peternak-peternak yang mampu memproduksi dan mensuplai daging ke daerah lain tanpa harus impor.

Ia bilang, pada tahun 2016 telah ditetapkan 50 SPR sebagai pilot project dan diharapkan pada tahun berikutnya SPR akan terus bertambah keberadaannya. 

Namun demikian, di beberapa daerah juga bermunculan SPR-SPR mandiri yang dibentuk oleh peternak-peternak yang berjamaah dalam menjalankan aktifitas beternaknya dengan pola pendekatan SPR seperti para peternak yang hadir pada acara panen sapi dari SPR Am’toas Kecamatan Fatuleu Tengah dan SPR Oemat’ana Kecamatan Amabioefelo, serta SPR Amvini Kecamatan Amavasi Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×