Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Presisi Tbk (PPRE) targetkan pertumbuhan kontrak 20% hingga 30% year on year (yoy) untuk tahun 2020.
Direktur Keuangan PP Presisi, Benny Pidakso menyatakan sektor konstruksi atau civil work akan paling banyak berkontribusi terhadap kontrak kerja. Selain itu, di 2020 PP Presisi akan masuk ke sektor penambangan nikel sebagai kontraktor nikel, smelter, dan infrastruktur pertambangan.
Baca Juga: PTPP telah mengantongi kontrak baru Rp 32,4 triliun hingga September
"Hal ini disebabkan tambang nikel cocok dengan perusahaan karena kapasitas kecil, tidak besar seperti batu bara,"jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (21/11).
Lebih jelasnya, posisi PP Presisi dalam proyek Nikel ada di bawah perusahaan induk yakni PT PP Tbk (PTPP) sebagai main contractor. Nah, PP Presisi sebagai sub contractor tugasnya mengejarkan proyek infrastruktur, pembangunan jalan, fondasi dan lainnya.
Benny menyatakan potensi di tambang nikel masih bagus. Dia melihat kesepakatan antara Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) dan Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian (AP3I) menyetujui harga nikel lokal dipatok di US$ 30 per metrik ton.
Baca Juga: Diverfikasi bisnis jasa pertambangan akan mendongkrak kinerja PP Presisi (PPRE)
Menurutnya harga tersebut sudah sangat bagus untuk Nikel terutama yang dijual ke smelter lokal.
Benny mengakui sudah ada proyek yang berjalan di sektor ini yakni di Kolaka, selain itu ada juga yang dalam proses pitching di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Namun sayang, Benny belum bisa menyebutkan dengan siapa proyek ini dijalankan.
Perusahaan kontraktor berkode saham PPRE ini juga mengakui pembangunan infrastruktur tol juga bakal banyak kontribusi ke kontrak baru di 2020. Salah satunya, tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi) sudah diumumkan PP Presisi pemenang tender.
Baca Juga: Tol laut dikuasai barang-barang dari perusahaan swasta
Adapun Benny menyatakan PPRO yakin di tahun depan perolehan target dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bisa naik beriringan. "Kemungkinan besar di 2020 pendapatan dan laba bisa tumbuh 20%-30% yoy," jelasnya.
Pada tahun ini, Benny menyatakan target kontrak yang akan dikejar emiten berkode saham PPRE ini sebesar Rp 5,8 triliun atau tumbuh 12% dibandingkan tahun lalu. Hingga triwulan III 2019, perolehan kontrak baru mencapai Rp 2,9 miliar. Meskipun masih tersisa Rp 3 triliun, PP Presisi optimisitis mampu mewujudkan target tersebut.
Benny menyebutkan beberapa proyek yang bakal dikejar hingga akhir Desember nanti, yakni Bendungan Bener di Purworejo Jawa Tengah, Bendungan Way Apu di Maluku.
Kemudian pembangunan jalan angkut batubara PT Inti Pancar Dinamika di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah dengan nilai proyek US$ 160 juta. Proyek ini di bawah anak usaha PT Trada Alam Mineral (TRAM) bersama Grup Adharo.
Namun, untuk proyek jalan angkut batubara ini juga akan di-carry over sebagian di awal tahun karena lokasinya cukup sulit. Akhir bulan ini Benny menjelaskan, akan dilakukan mobilisasi peralatan menuju lokasi dan memakan waktu sampai dua minggu. Adapun ada 300 unit alat berat yang akan dikirim ke sana.
Baca Juga: Rogoh Rp 230 miliar, pabrik baja Waskita (WSKT) siap operasi awal Desember
Ada juga proyek feeding dari perusahaan induk PT PP Tbk, antara lain proyek jalan tol Semarang-Demak, PLTU Sulut, PLTU Timor, Smelter Kalimantan Barat. Benny menjelaskan Presisi ditunjuk sebagai sub contractor.
"Selain itu Presisi juga optimistis bisa memenangkan tender proyek pembangunan bandara yang kontraknya di bawah anak usaha, PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA) yang kemungkinan tembus pada akhir bulan ini," jelasnya.
Asal tahu saja di kuartal tiga tahun ini PP Presisi membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 11% year on year menjadi Rp 2,22 triliun. Adapun laba bersih yang dicatatkan juga tumbuh 6% yoy menjadi Rp 201 miliar.
Baca Juga: Pemegang saham Chandra Asri Petrochemical (TPIA) setujui merger dengan anak usaha
Benny menjelaskan laba bisa tumbuh di tengah keadaan yang cukup sulit di tahun ini karena didorong proyek eksisting yang sudah berjalan.
Kendati demikian, Benny masih belum berani menyebutkan perolehan pendapatan dan laba hingga akhir tahun ini. Sebab perusahaan kontraktor selalu punya perolehan kontrak yang besar di kuartal keempat. Namun yang pasti, Benny menyatakan growth bisa di atas tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News