Reporter: Handoyo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Setelah ditunjuk menjadi importir tunggal gula mentah sebanyak 240.000 ton oleh pemerintah, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) akan segera melakukan impor gula yang ditujukan untuk untuk memenuhi kekurangan di wilayah Indonesia Timur tersebut. Kemungkinan, PPI akan mengimpor gula tersebut dari Thailand dan Australia.
Heinrich Napitupulu, Direktur Utama PPI, mengatakan, gula dari dua negara tersebut paling cocok lantaran lokasinya yang relatif dekat sehingga realisasi impor tersebut bisa dapat lebih cepat. "Sebenarnya ada tiga alternatif negara untuk melakukan impor gula mentah, yakni Thailand, Australia dan Brazil," kata Henrich kepada KONTAN (11/3). Namun, dari sisi jarak, Brazil jelas terlalu jauh.
Meskipun masih akan membahas mengenai hal teknis proses importasi, Henrich yakin PPI mampu melakukan mandat yang diberikan oleh pemerintah untuk melakukan impor gula mentah dalam waktu satu bulan.
Terkait dengan perusahaan yang akan mengolah gula mentah untuk dijadikan gula kristal putih (GKP), Henrich belum dapat menjelaskan lebih jauh. Pasalnya, saat ini PPI masih berfokus pada langkah impor.
Pengolahan di Indonesia Timur
Selain pelaksanaan importasi, persoalan krusial lainnya adalah distribusi. Karena gula mentah yang diimpor akan digunakan untuk memenuhi kekurangan di wilayah Indonesia Timur sebelum memasuki musim giling tebu lokal yang diperkirakan jatuh pada bulan Juni. Maka, berkaitan dengan siapa pengolah gula mentah tersebut, PPI akan memprioritaskan perusahaan pengolah gula mentah menjadi gula kristal putih (GKP) yang juga berada di wilayah Timur Indonesia.
Henrich menambahkan, berapa harga jual GKP juga belum ditentukan. "Kita masih kaji, karena harga ini ditentukan oleh harga gula mentah, biaya produksi dan biaya distribusi," ujar Henrich.
Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI), Suryo Alam, menyatakan, saat ini belum perusahaan gula rafinasi anggota AGRI yang ditunjuk oleh PPI untuk mengolah gula mentah. Mereka masih menunggu keputusan PPI.
Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Kementerian Perdagangan (Kemdag), mengatakan bahwa total produksi gula dari produsen di dalam negeri akan mencapai 3,2 juta ton tahun ini, atau sekitar 210.000 per bulan. "Karena itu, semua perusahaan yang mampu dan mau mengolahnya, silakan saja," kata Bayu.
Sebelumnya, beberapa produsen gula rafinasi menyatakan bahwa mereka siap ditunjuk menjadi pengolah gula mentah menjadi GKP untuk kebutuhan bulan Mei di kawasan Timur Indonesia. Salah satunya adalah PT Makassar Tene. "Kami siap. Langkah ini menurut saya keputusan yang positif dilakukan pemerintah," ungkap Andre Vincent Wenas, Direktur PT Makassar Tene. Perusahaan ini mengklaim bisa mengolah 600.000 ton gula rafinasi ini per tahun.
Selain mengklaim sudah berpengalaman dalam mengolah gula rafinasi, PT Makasssar Tene juga berada di lokasi yang strategis di wilayah Timur Indonesia. Bahkan Andre menghitung, untuk pemrosesan gula mentah pada bulan April 2012 nanti, PT Makassar Tene setidaknya akan mampu mengolah gula dengan kapasitas 50.000 ton-60.000 ton.
Selain PT Makassar Tene, kesanggupan untuk memproses gula tersebut juga disampaikan oleh Yohan Setiyawan, Direktur PT Sentra Usahatama Jaya. "Kalau diminta untuk membantu pemerintah kami siap," janji Yohan. Meski tidak merinci kemampuannya, menurut Yohan, saat ini Sentra Usahatama masih memiliki kapasitas menganggur (idle) sebanyak 500 ton per hari. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News