Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Pelan-pelan, penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium atau Research Octane Number (RON) 88 mulai ditinggal pelanggannya. Sampai sejauh ini saja, penggunaannya terus menyusut disalip oleh bensin jenis pertalite atau RON 90.
Bahkan menurut catatan PT Pertamina (Persero) penggunaan bensin berwarna kuning itu hanya 17% dari penjualan bensin di Jawa, Madura dan Bali (Jamali). Para pelanggan menilai, meskipun harga lebih murah, kualitas bensin premium tidak bagus untuk kendaraan.
Seiring menyusutnya konsumsi premium, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mengevaluasinya dalam sebulan ke depan. Namun, belum diketahui apakah evaluasi tersebut berkenaan dengan akan dikurangi suplai premium atau malah dihilangkan premium dari peredaran.
Yang jelas, dalam beberapa minggu terakhir selama bulan Ramadan ini, Kontan.co.id berkesempatan ikut terjun ke lapangan bersama dengan Kementerian ESDM, BPH Migas dan Pertamina untuk memantau langsung ketersediaan pasokan BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di lintas Jamali.
Di SPBU Kaliurang, Kabupaten Sleman, Yogyakarta misalnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan pihaknya telah menambah 571 SPBU untuk seluruh Jamali. Dengan begitu jumlah SPBU di Jamali bertambah dari 1519 menjadi 2090 SPBU.
Rata-rata penambahan pasokan baik untuk premium dan pertamax cs sekitar 25%. Dengan begitu, untuk pasokan bensin jenis premium di setiap SPBU berjumlah 8.000 liter per hari. “Kalau dalam progres premium tidak begitu laku, kita evaluasi lagi dan kita lihat nanti,” terang Jonan di sela-sela kunjungannya memantau SPBU, di Kaliurang, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Kamis malam (7/6).
Sesuai dengan pandangan mata, memang, antrian untuk bensin premium sangat sedikit. Bahkan, selama hampir 30 menit Kontan.co.id memperhatikan situasi di SPBU itu, hanya ada satu atau dua pengendara sepeda motor saja yang mengisi bensin premium.
Jonan mengatakan, kurang lebih peminatnya memang memilih untuk bensin jenis pertalite. Tak hanya di Kaliurang, di Bojonegoro, dan Mantingan pun demikian.
“Banyak juga yang isi pertalite, tapi ini kan baru. Nanti kita lihat sebulan ke depan di analisa lagi,” ungkapnya.
Meskipun peminatnya berkurang, kata Jonan, pihaknya tetap akan menyediakan bensin premium. Sambil melihat animo masyarakat sampai akhir bulan Juni ini.
“Tapi kalau mobil pribadi, roda empat atau lebih sebaiknya ya pakainya jangan premium, karena untuk mesin lebih baik. Kecuali kendaraan umum dan sepeda motor,” tandasnya.
Direktur Pemasaran Retail Pertamina Mas’ud Khamid mengatakan, Pertamina selaku BUMN dan pengelola SPBU memiliki banyak pertimbangan. Ia bilang, jika memang pembelian premium sangat laris, maka tangki BBM akan ditambah begitu juga dengan nozlenya.
“Tapi kalau tidak ada sama sekali ya ditutup (premiumnya) setelah dilakukan pertimbangan-pertimbangan, supaya bisnis ini jalan dan layanan ini juga jalan,” ujar Mas'ud.
Asal tahu saja, BPH Migas menetapkan alokasi volume penugasan dan penyaluran BBM tahun ini bertambah dari yang sebelumnya 7,5 juta kilo liter (kl) menjadi 11,8 juta kl. Mas’ud bilang, untuk penggunaan bensin premium hanya 17% dari angka itu.
“intinya sekarang kita siapkan, tapi setelah itu kita lihat respon pasar seperti apa, lalu kita evaluasi,” jelasnya.
Saat ditemui di lapangan, Dimas Reza salah satu masyarakat sekaligus mahasiwa ini sedang mengisi pertalite. Ia mengatakan, bahwa harga pertalite yang saat ini Rp 7.800 per liter tidak jauh dengan harga premium Rp 6.450 per liter. “Harga beda tipis, tapi mesin lebih baik,” tandasnya.
Begitu juga dengan Aphie, ia bilang, bahwa harga memang tidak membohongi kualitas. “Di mesin lebih enak,” jelasnya.
Sementara Joni yang masih mengisi premium bilang, bahwa ia juga jarang membeli besnin premium, itu hanya lantaran antrian bensin pertalite lebih banyak. “Saya lebih sering beli pertalite, karena antriannya panjang saja, jadi beli premium,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News