Reporter: Sri Sayekti | Editor: Imanuel Alexander
Jakarta. Apa yang Anda bayangkan jika ada uang tunai senilai Rp 1 triliun hanya tertidur di brankas selama 3 hari pula? Tidur berarti uang itu tidak dapat dipakai untuk transaksi. Tentu, Anda akan
terpikir betapa mubazir.
Tetapi, itulah kejadian sehari-hari yang dialami pelaku bisnis ritel sekelas hipermarket. Begitu pula dengan bisnis-bisnis lain yang bersentuhan langsung dengan pelanggan yang bertransaksi menggunakan uang tunai, seperti pom bensin, restoran, taksi ataupun bank.
Untuk hipermarket saja, rata-rata omzet satu gerai berkisar Rp 1 miliar–Rp 2 miliar per hari. Setelah kasir selesai bertugas, uang akan dihitung manual dan masuk ke brankas. Lalu perusahaan cash in transit (CIT) akan mengambil brankas dan menyetorkan uang tersebut ke cash centre. Baru, setelah itu, uang disetorkan ke bank.
Proses perhitungan uang tunai pun terjadi beberapa kali, mulai dari kasir, manajer keuangan, hingga perusahaan CIT. Total perlu waktu tiga hari dari uang terkumpul di brankas hingga tercatat di bank.
Mata rantai yang panjang itu kini bisa diperpendek. Awal pekan lalu, PT Gunnebo Indonesia meluncurkan produk terbaru bernama bank security & cash handling. Ini merupakan lini bisnis ketujuh Gunnebo yang dahulu menyandang nama PT Indolok Bakti Utama.
Sejatinya, di luar negeri bank security & cash handling bukanlah hal baru bagi Gunnebo. Hindra Kurniawan, Country Manager Gunnebo Indonesia, menuturkan perusahaan itu baru merilis produk tersebut pada tahun ini karena harus melakukan beberapa penyesuaian alat. Ambil contoh, Gunnebo harus menyiapkan alat agar dapat membaca uang yang masuk dalam kondisi apa pun. Jangan lupa, di sini, jumlah uang kertas dalam kondisi lecek yang beredar, sangat besar.
Selain itu, Gunnebo juga perlu meyakinkan Bank Indonesia (BI) selaku otoritas tertinggi di peredaran uang. “Selama setahun kami menyiapkan infrastruktur dan membangun sistem yang bisa membaca rupiah,” ujar Hindra. Sebelum meluncurkan produk ini di Indonesia, bulan Mei lalu Gunnebo juga merilis produk sejenis di Singapura.
Saat ini Gunnebo telah melayani 35.000 solusi kelola uang tunai di seluruh dunia dengan total nilai lebih dari EUR 100 miliar per tahun. Nama besar yang menjadi pelanggan Gunnebo di dunia antara lain Kentucky Fried Chicken, McDonald, Carrefour, IKEA, HSBC, Commonwealth Bank.
Produk kelola uang tunai Gunnebo memungkinkan uang yang masuk ke dalam brankas dihitung otomatis oleh mesin dan langsung terdata serta terintegrasi dengan sistem pihak lain, seperti perusahaan CIT yang akan mengambil brankas hingga bank, tempat uang akan disetor. Gunnebo pun mempromosikan produk ini akan meningkatkan efisiensi waktu dan biaya kliennya dalam mengelola uang tunai.
Gunnebo Indonesia merupakan bagian dari Gunnebo Internasional. Di sini, Gunnebo memiliki dua anak perusahaan yaitu PT Indolok Bakti Utama, yang diakuisisi tahun 2000 oleh Gunnebo Security Group dan PT Chubb Safes Indonesia, produsen lemari besi dan alat pemadam api ringan.
Potensi masih lebar
Selama 20 tahun terakhir permintaan uang kertas meningkat terus di kisaran 4%. Pada tahun 2012, uang kartal yang diedarkan (UYD), menurut catatan BI senilai Rp 439,72 triliun atau naik 17,9% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan itu menunjukkan uang kartal masih menjadi andalan mayoritas penduduk negeri ini.
Menurut Setiawan Saad, Business Area Manager Cash Handling Gunnebo Indonesia harga peralatan yang ditawarkan bergantung pada kebutuhan pelanggan, berkisar antara Rp 150 juta hingga Rp 1 miliar.
Sekedar gambaran, satu cabang hipermarket jika data penghitungan cukup dikirim ke dalam internal perusahaan maka alat yang dibutuhkan hanya Rp 150 juta per unit. Tetapi jika data perhitungan uang terintegrasi dengan pihak eksternal biayanya lebih mahal.
Menurut Setiawan solusi mengelola uang tunai yang ditawarkan Gunnebo Indonesia terdiri dari empat kategori yakni Safebag, Intelli, SafeCash dan SafeStore Auto. Bentuk solusi itu disesuaikan dengan kebutuhan tiap pengguna.
Sedang pihak yang terlibat dalam siklus peredaran uang tunai adalah peritel, perusahaan CIT dan bank. Masing-masing pihak memiliki kewajiban berinvestasi untuk menggunakan produk ini.
Sampai kini Gunnebo Indonesia sudah mengantongi 9 calon pelanggan, terdiri dari 3 hipermarket, 2 perusahaan taksi, 2 restoran, dan 2 bank. Potensi pasar bisnis kelola uang tunai di negeri ini memang menggoda.
Di sektor ritel saja, terdapat lebih dari 40.000 retailer memutar uang tunai senilai Rp 320 triliun per tahun. Itu belum termasuk restoran cepat saji dan pom bensin yang bertebaran di mana-mana.
Dana tunai yang sedemikian besar tentu menjadi bisnis gurih bagi para pelakunya. Namun, entah mengapa, sejauh ini nyaris tak ada perusahaan yang tertarik pada peluang ini.
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 38 - XVII, 2013 Bisnis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News