kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi alat berat ditargetkan 7.000 unit di 2018


Minggu, 07 Januari 2018 / 16:15 WIB
Produksi alat berat ditargetkan 7.000 unit di 2018


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tren permintaan alat berat terus menunjukkan kenaikan, para produsen alat berat Indonesia masih masih belum berencana menambah kapasitas produksi. Kondisi ini menyebabkan pembelian alat berat bisa inden dalam waktu yang cukup lama.

Jamaluddin, Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) mengatakan, kenaikan permintaan belum diimbangi dengan pasokan bahan baku produksi yang mumpuni. "Baik tenaga kerja maupun bahan baku perlu modal yang tidak sedikit," kata dia kepada Kontan.co.id, Minggu (7/1). Hinabi menyebut, keterbatasan material alias bahan baku tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga seluruh dunia.

Jamaluddin mengakui bahwa kemampuan produksi saat ini belum mencukupi kebutuhan yang diprediksi terus naik di tahun ini. "Alat berat naiknya gila-gilaan. Tahun 2018 ini level permintaannya lebih dari 10.000 unit," ujar dia.

Meski produsen alat berat Indonesia memiliki kapasitas terpasang mencapai 10.000 unit per tahun, utilitas yang bakal dipakai di 2018 ini hanya mencapai 70% saja. "Jadi ditargetkan tahun ini bisa produksi hingga 7.000 unit," sebut Jamaluddin.

Adapun tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) alat berat di Indonesia saat ini mencapai 40%. Dari data produksi kuartal III-2017 Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) tercatat sebesar 4.036 unit atau naik 59,7% dibanding periode sama tahun lalu sebesar 2.527 unit.

Sebagai informasi, tahun 2017 lalu Hinabi menargetkan produksi bisa sebanyak 4.200 sampai 4.400 unit atau tumbuh dibanding realisasi tahun lalu sebanyak 4.065 unit. Jamaluddin belum bisa membeberkan realisasi produksi. Yang jelas, dari target di 2018 yang mencapai 7.000 unit maka kenaikannya jika dibandingkan dengan target 2017 mencapai 59%.

Terbatasnya pasokan alat berat di dalam negeri menyebabkan banyak pemesan harus menunggu cukup lama. Jamaluddin mengatakan, untuk alat berat tipe medium 10-20 ton, konsumen harus menunggu kurang lebih dua bulan.

"Sedang kalau tipe 20 ton ke atas bisa sampai tiga bulan," papar Jamaluddin. Menurut Hinabi, kemampuan suplai yang terbatas ini tak lepas dari akibat industri komponen alat berat yang belum stabil pascapengurangan orang saat masa kritis beberapa tahun silam.

Soal sektor mana yang bakal bertumbuh pesat dalam mendorong permintaan alat berat, Jamaluddin, mengatakan primadonanya masih berasal dari pertambangan, diikuti konstruksi dan juga segmen agribisnis. "Sebab tambang itu kerja alatnya 24 jam dalam sehari non-stop," katanya. Tipe alat berat yang dominan diproduksi, kata Jamaluddin, masih tipe dump truck dan eskavator.

Sementara itu produsen seperti PT Komatsu Indonesia juga telah meningkatkan utilisasi pabrikannya. Presiden Direktur PT Komatsu Indonesia, Pratjojo Dewo menyebutkan bahwa utilitas pabrik Komatsu saat ini sudah menembus 70% dengan kapasitas terpasang 3.000 unit per tahun.

Sedangkan di 2017 lalu Komatsu Indonesia targetkan produksi kurang lebih bisa 2.000 unit. Target produksi tersebut, kata Pratjojo, meningkat hingga 80% dibandingkan tahun lalu. "Harapannya utilisasi di tahun 2018 bisa kami tingkatkan 10% lagi," ujar Pratjojo.

Itu artinya utilisasi di 2018 dipatok mencapai 80% dari kapasitas terpasang. Kemungkinan produksi Komatsu Indonesia di tahun ini mencapai angka 2.400 unit.

Adapun jenis alat berat yang banyak diproduksi pabrikan ialah eskavator 20 ton. Pabrik Komatsu Indonesia bisa memproduki hampir setengah dari kapasitas hanya untuk tipe eskavator.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×