Reporter: Herlina KD | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Prospek bisnis minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) semakin licin tahun ini. Permintaan CPO di pasar dunia akan meningkat, demi menyubstitusi minyak bumi yang kini terus naik harganya. Maka itu, produsen CPO di Indonesia akan menggenjot produksi mereka.
Departemen Pertanian Amerika Serikat, US Department of Agriculture (USDA) seperti dikutip Bloomberg, Selasa (15/3), memperkirakan, produksi CPO Indonesia akan mencapai 25,4 juta ton tahun ini. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang perkiraan sebelumnya sebesar 23,6 juta ton.
Selain produksi, USDA juga memperkirakan, ekspor CPO Indonesia tahun ini bisa mencapai 19,35 juta ton. Jumlah ini juga naik dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 17,85 juta ton.
Kalangan pengusaha CPO Indonesia sendiri pesimistis dengan perkiraan USDA tersebut. Wakil Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun mengatakan, kecil kemungkinan prediksi USDA ini bisa dicapai. "Tahun ini produksi CPO paling besar sekitar 24 juta ton," katanya Selasa (15/3).
Menurutnya, saat ini banyak kebun sawit di Indonesia, terutama kebun sawit rakyat yang sudah tua, sehingga produktivitasnya menurun. Sementara itu, program revitalisasi dan peremajaan kebun juga belum berjalan dengan semestinya. Di sisi lain, meski iklim sudah tidak terlampau ekstrem seperti tahun lalu, tapi curah hujan masih tinggi, sehingga produksi CPO belum bisa maksimal.
Asal tahu saja, berdasarkan perhitungan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), produksi CPO Indonesia selama 2010 diperkirakan sekitar 21 juta ton. Tahun ini Gapki memperkirakan, produksi CPO nasional akan mencapai sekitar 22 juta ton-22,5 juta ton. Sedangkan untuk ekspor tahun ini, Gapki memperkirakan sebesar 16,5 juta ton, naik dibanding tahun lalu sekitar 15,6 juta ton.
Meski meragukan prediksi USDA terkait produksi CPO, Derom melihat prediksi USDA mengenai ekspor CPO Indonesia masih berpeluang dicapai. Sebab, konsumsi CPO Indonesia masih sedikit sehingga ekspor 19,35 juta ton bisa dikejar. Apalagi harga minyak bumi di pasar dunia semakin tinggi, sementara harga CPO sedikit melorot. "Kalau harga minyak bumi di pasar dunia makin tinggi dan CPO turun, penggunaan biodiesel akan jadi pilihan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News