Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Dupla Kartini
DENPASAR. Dampak El Nino pada tahun ini menyebabkan produksi crude palm oil (CPO) atau minyak sawit Indonesia hingga akhir tahun ini diprediksi hanya mencapai 31,9 juta ton. Angka ini turun 10% dibanding realisasi tahun lalu.
"El Nino membuat produksi kita hingga akhir tahun hanya maksimal 31,9 juta ton. Turun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 35,4 juta ton", ujar Joko Supriyono, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) saat membuka Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2016, Kamis (24/11).
Penurunan produksi tentunya akan berdampak pada ekspor CPO Indonesia. Hingga akhir 2016, ekspor diprediksi hanya akan mencapai 22,5 juta ton atau turun hingga 15% dibandingkan realisasi tahun lalu.
IPOC sudah diselenggarakan untuk ke-12 kalinya. Tahun ini, mengusung tema “Palm Oil Deveploment: Harmonizing Market, Society, and The State”. Konferensi akan berlangsung selama dua hari, Kamis dan Jumat (24-25 November 2016). Konferensi ini menjadi yang terbesar di dunia dengan dihadiri 2.000 peserta dari 23 negara.
Dari sisi harga, komoditas CPO pada tahun ini kembali menguat setelah sempat menyentuh angka terendah enam tahun terakhir pada tahun 2015. Asal tahu saja, pada tahun lalu, harga CPO sempat terjun ke level US$ 630 per ton.
Joko bilang, hingga minggu ketiga November 2016, harga CPO kembali menguat dan rata-rata ada di posisi US$ 660 per ton. "Sudah menguat dan tumbuh US$ 30 per ton dibanding harga terendah tahun lalu," ujar Joko, Kamis (24/11).
Menurut Joko, tahun lalu sebagai dampak pelambatan ekonomi dunia menyebabkan permintaan CPO turun drastis. Tahun ini, selain telah terjadi penguatan permintaan secara bertahap, harga terdongkrak naik akibat penurunan pasokan atau produksi dalam negeri. Produksi turun karena faktor gangguan alam tahunan El Nino.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Terkait
