kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produksi CPO terganggu musim hujan, harga minyak sawit melambung


Senin, 22 November 2021 / 06:05 WIB
Produksi CPO terganggu musim hujan, harga minyak sawit melambung


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Produksi minyak sawit awata crude palm oil (CPO) terganggu musim hujan. Harga minyak sawit jadi melambung. 

Berdasarkan Bloomberg, Jumat (19/11), harga CPO di Malaysia Derivatives Exchange menurun 0,10% ke RM 4.993 per ton. Sebelumnya, Kamis (18/11), harga CPO sempat melambung sentuh harga tertinggi ke RM 4.998 per ton. Dalam sepekan harga CPO naik 5,04%. 

Research & Development ICDX, Girta Yoga, mengatakan tren kenaikan harga CPO akhir-akhir ini dipengaruhi dari gangguan produksi akibat mulai berlangsungnya musim hujan di negara produsen utama CPO, yaitu Indonesia dan Malaysia. 

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi juga mengatakan harga CPO naik karena pelaku pasar berspekulasi atas wacana Presiden Joko Widodo menyetop ekspor minyak kelapa sawit mentah untuk tujuan hilirisasi.

Baca Juga: Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF) yakin mampu penuhi target kinerja tahun ini

Sementara itu, logistik transportasi pengiriman minyak sawit mentah juga terkendala musim dingin di China. "Di Tiongkok terjadi musim dingin ekstrim yang menghambat pasokan peti kemas CPO yang diekspor ke China," kata Ibrahim. 

Sementara itu, di saat yang bersamaan permintaan CPO di Malaysia naik setelah pemerintah Malaysia berencana menurunkan tarif bea ekspor. Ibrahim  juga mengatakan permintaan CPO naik di tengah musim dingin. 

Selain itu, harga CPO naik juga tersokong sentimen positif setelah pembicaraan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping memicu harapan peningkatan pembelian kedelai AS oleh China.

Minyak nabati merupakan produk subsitusi minyak sawit dan ketika harga minyak nabati naik, harga minyak sawit berpotensi turut naik. 

Baca Juga: Rupiah diprediksi menguat di akhir tahun, ini faktor pendorongnya

Yoga memproyeksikan tren bullish harga CPO berpotensi masih akan bertahan dalam jangka pendek. Hingga akhir tahun, Yoga memproyeksikan harga CPO bisa naik menyentuh level resistance di kisaran harga RM 5.250 per ton-RM 5.500 per ton.

Sedangkan, proyeksi level support berada di kisaran RM 4.750 per ton-RM 4.500 per ton. Sedangkan, Ibrahim memproyeksikan harga CPO di akhir tahun ini berpotensi naik ke RM 5.400.

Sementara, Yoga memaparkan sentimen negatif yang berpotensi membebani pergerakan harga CPO adalah kebijakan pemerintah Indonesia dan Malaysia khususnya mengenai pajak ekspor di Desember mendatang.

Selain itu, pelaku pasar juga perlu waspada mengenai kasus Covid-19 yang kembali naik di China dan Eropa.  "Kenaikan kasus Covid-19, bisa turut memberikan sentimen negatif dari sisi permintaan yang menurun," kata Yoga. 

Sementara itu, di 2022 harga CPO berpotensi naik. Sentimen positif yang mendukung adalah terkait kelanjutan mandatory biodiesel. "Peningkatan penggunaan biodiesel akan menjadi indikator utama yang menyokong harga CPO dan menjadi perhatian pasar," kata Yoga. 

Selanjutnya: Ekonom: Rupiah berpotensi menguat di akhir tahun 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×