kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi industri kaca diprediksi turun 5% di 2018


Rabu, 03 Januari 2018 / 17:34 WIB
Produksi industri kaca diprediksi turun 5% di 2018


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kaca nasional produksi nasional diperkirakan akan menurun di tahun ini. Apalagi ditambah harga gas yang tinggi akan menambah tantangan industri kaca di tahun 2018.

Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengatakan, penurunan produksi akan sementara karena ada dua anggota AKLP produsen kaca lembaran yang investasi untuk cold repair. Ini membuat perusahaan tersebut akan setop produksi kaca sementara.

Pertama, PT Asahimas Flat Glass Tbk membangun tungku baru di lokasi Cikampek yang menggantikan tungku di Ancol. Kedua, PT Tossa Shakti bangun tungku baru di Kendal, menggantikan tungku lama di Kendal.

"Investasi ini harus dilakukan untuk menjaga kelangsungan usaha, meski tetap dibayangi daya saing rendah karena masih tingginya harga gas bumi untuk industri," kata Yustinus kepada Kontan.co.id, Rabu (3/1).

Beberapa saat lalu Christoforus, Corporate Secretary PT Asahimas Flat Glass Tbk menjelaskan kapasitas produksi pada tahun 2017 sebanyak 630.000 ton. Di tahun 2019 dengan adanya pabrik pindahan dari Ancol ke area Cikampek kapasitas produksi menjadi 720.000 ton.

Dari catatan AKLP produksi 2017 sekitar 1,24 juta ton. Sedangkan pada 2018 ditargetkan mencapai 1,18 juta ton, atau turun 5% dibanding 2017, dengan asumsi PT Tossa mulai produksi pada kuartal-IV 2018 serta utilisasi Asahimas dan Muliaglass bisa maksimal 100%.

Dari kebutuhan domestik diperkirakan membutuhkan kaca sekitar 750.000 ton. Ini termasuk yang diolah menjadi kaca pengaman untuk otomotif. Sedangkan sisanya untuk pasar ekspor. 

Secara umum, pasar ekspor potensial adalah pasar berjarak dekat dari lokasi produksi. Apalagi transportasi kaca relatif mahal, karena berat. "ASEAN tetap diupayakan, meski Malaysia bahkan sedang menyerbu Indonesia. Selain itu Australia, Jepang, serta Timur Tengah juga tujuan ekspor," tambahnya.

Meski demikian masih ada ancaman impor kaca lembaran khususnya dari Malaysia, yang berdaya saing tinggi. Hal ini karena harga gas Malaysia yang jauh lebih rendah daripada harga di Indonesia. AKLP pun meminta pemerintah segera merealisasikan penurunan harga gas bumi agar industri ini tidak kolaps.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×