Reporter: Agung Hidayat, Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2017 sebentar lagi berlalu. Ada harapan besar agar industri dalam negeri lebih baik di tahun yang baru. Tercatat beberapa masalah klasik masih saja mengganjal para pengusaha.
Sebagai contohnya, regulasi perburuhan, maupun kurangnya insentif fiskal bagi industri. Ada pula hambatan lain akibat tidak konsistennya implementasi aturan pemerintah pusat dan daerah.
Danang Girindrawardhana, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Kebijakan Publik mengatakan, sejak awal tahun industri manufaktur terus tertekan. Penyebabnya adalah belanja pemerintah tersendat sehingga berpengaruh ke belanja swasta.
"Semua sektor industri manufaktur pasti sulit mencapai target karena minggu terakhir ini akan mendongkrak kinerja. Kecuali industri makanan dan minuman yang masih dibutuhkan," ungkap Danang kepada Kontan.co.id, Kamis (21/12).
Beberapa asosiasi menegaskan, tahun ini sulit mencapai target bisnis mereka. Kondisi ini sebenarnya sebuah anomali, mengingat dari sisi makro ekonomi kinerja kita masih bertumbuh.
Melihat masih belum ada sinyal positif membuat segmen otomotif lesu. Ketua Bidang Komersial Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI), Sigit Kumala memprediksi, penjualan sepeda motor tahun ini hanya akan mencapai 5,85 juta unit, turun 1,34% dibandingkan realisasi penjualan sepeda motor tahun 2016 sebanyak 5,93 juta unit.
Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager PT Astra Toyota Motor mengatakan, pasar kendaraan otomotif tahun depan akan turun sebesar 4%-5%. "Financial support berhati-hati mengucurkan kredit dan market hanya di-trigger dengan produk baru," kata Fransiscus.
Di tengah melemahnya daya beli masyarakat, industri masih dihadapkan dengan banyaknya beban yang harus ditanggung.
Banyaknya cuti bersama yang ditetapkan pemerintah setiap tahun juga membuat produktivitas perusahaan berkurang. "Semakin banyak libur makin membebani perusahaan," kata Prama Yudha Amdan, Corporate Communication Manager PT Asia Pacific Fiber Tbk.
Apalagi ada regulasi yang mengatur bila industri bekerja 24 jam, harus membayar upah lembur untuk para pekerja. Ini memberatkan.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan, industri manufaktur merupakan industri padat karya. Sehingga banyaknya hari libur akan menurunkan produktivitas. Ia mencatat, hari kerja tahun ini hanya 245 hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News