kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi Jagung bergeser di luar pulau Jawa


Senin, 14 Juli 2014 / 17:33 WIB
Produksi Jagung bergeser di luar pulau Jawa
ILUSTRASI. Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak.


Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Angka Ramalan (Aram) I Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi jagung tahun ini naik tipis dibandingkan tahun 2013 sebesar 18,55 juta ton pipilan kering naik 0,2% dibandingkan tahun 2013. Kenaikan produksi yang tipis ini terjadi karena terjadi pergeseran penghasil produksi jagung di Pulau Jawa.

Aram I 2014 memprediksi produksi jagung di luar Pulau Jawa bakal naik. Kenaikan produksi terjadi di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Lampung dan Sumatra Barat. Namun bayang-bayang penurunan produksi jagung juga terjadi di Gorontalo, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatra Utara dan Aceh.

Berdasarkan, Aram I BPS melansir produksi jagung tahun ini 18,5 juta ton lebih rendah dari target produksi Kementerian Pertanian (Kementan) sebesar 20,08 juta ton.

Kementan kesulitan untuk menyediakan kebutuhan jagung dalam negri terjadi. Sebab, jagung juga dikonsumsi oleh industri rumah tangga. Berbeda dengan beras yang bisa ditekan untuk tidak impor karena beras jarang digunakan untuk pakan ternak.

Plus distribusi jagung tidak merata. Sehingga kerap terjadi kelangkahan. Sentranya jauh dari pasar dan distribusinya tidak berjalan lancar.

Haryono, PLT Dirjen Tanaman Pangan Kementan mengatakan, produksi jagung nasional dapat naik secara bertahap dengan perbaikan kualitas pada benih dan pupuk. Kementan saat ini berupaya untuk membuat pemetaan setiap daerah penghasil pangan dengan persyaratan dekat dengan irigasi.

Baru setelahnya, Kementan akan mengoptimalkan setiap organisasi tingkat daerah mulai dari Gabungan kelompok tani atau Gapoktan untuk penyediaan benih dan pupuk. "Selama ini target produksi memang terlalu tinggi dan tidak dimbangin dengan hitungan akurat berapa banyak konsumsi," ujar Haryono pada pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×