Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Usaha Hutan Produksi Kementrian Lingkungan Hdup dan Kehutanan (KLHK) Istanto menyampaikan, di masa pandemi Covid-19 total produksi kayu bulat hutan alam (HA) dan hutan tanaman (HT) pada kuartal I dan kuartal II 2021 meningkat 6,20% dibanding periode yang sama pada 2020.
“Peningkatan ini mungkin didasari karena adanya permintaan yang tinggi namun supplynya agak terbatas sehingga harga-harganya akan semakin meningkat dan produksi kayu terus digenjot sehingga peningkatannya cukup signifikan,” kata Istanto dalam diskusi virtual, Jumat (6/8).
Istanto mengatakan, produksi kayu tersebut berasal dari hutan alam dan pada 2021 peningkatannya cukup signifikan. Di kuartal I sendiri meningkat 5,64% bahkan pada kuartal II meningkat cukup banyak sebesar 34,69%.
Sementara itu, pada produksi kayu hutan tanaman di 2021, peningkatannya tidak terlalu signifikan karena tren di kuartal I dan II biasanya produksinya tidak terlalu banyak. Pada kuartal I hanya meningkat 0,9% dan meningkat 7,27% pada kuartal II.
Baca Juga: Kontribusi sektor kehutanan di kuartal II 2021 meningkat cukup signifikan
Disamping itu, terdapat juga produksi kayu bulat dari perhutani (Kehutanan Negara) yang meningkat cukup signifikan. Secara total produksi kayu bulat di 2021 ini, pada kuartal I ada peningkatan 1,6% dan pada kuartal II meningkat 10,7%.
Istanto menyampaikan, produksi kayu olahan di 2021 pun mengalami peningkatan pada kuartal I 2021 sebesar 5,94%, dibanding pada 2020 di periode yang sama. Beberapa jenis kayu olahan tersebut terdiri dari kayu lapis, veneer, serpih, bore core, blomassa kayu, kayu gergajian, palet kayu, wood palet dan lainnya.
“Pada berbagai jenis kayu olahan ini ada beberapa yang meningkat da nada pula yang mengalami penurunan. Di kuartal II 2021 ini secara keseluruhan malah mengalami penurunan sebesar 0,99% dari periode yang sama di 2020,” kata Istanto.
Penurunan produksi kayu olahan ini kemungkinan dikarenakan cuaca dan iklim pada bulan-bulan awal yang mengalami pancaroba, sehingga jumlah produksi menurun. Lebih lanjut, Istanto mengatakan penurunan kayu olahan ini bisa juga terjadi karena tren penurunan pada kuartal-kuartal awal yang sering terjadi.
Selanjutnya: APSI: Pembangunan pengelolaan limbah medis B3 tak hanya fokus di Pulau Jawa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News