Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) sepanjang tahun 2020 berhasil merealisasikan target penyerapan crude & produk intermediate untuk diolah di kilang Pertamina lebih tinggi 7,3% dari target tahun 2020, sedangkan untuk produk kilang yang dihasilkan untuk dikonsumsi mengalami peningkatan dengan kisaran sebesar 11,5%.
Dari total pengolahan crude dan intermediate di Kilang, PT KPI dapat menghasilkan persentase hasil produk utama kilang yang dapat dikonsumsi masyarakat lebih tinggi hingga hampir 4% di atas target.
Produk Kilang Pertamina di antaranya adalah Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Kerosene, Avtur, Solar & Biosolar, Dexlite, Pertadex, Polypropylene, Paraxylene dan Benzene.
Pencapaian positif kinerja operasi arus minyak didukung dengan pencapaian efisiensi proses dalam rangka mengurangi pemakaian energi yang diperlukan untuk mengoperasikan kilang yang dinamakan Energy Intensity Index (EII) gabungan untuk seluruh kilang yang dimiliki PT KPI sebesar 109,56 % di bawah target maksimal yang diizinkan sebesar 111 % (semakin rendah semakin baik).
Baca Juga: Pertamina Hulu Mahakam memulai proyek penyaluran gas ke Kilang RU V Balikpapan
Aspek keandalan Kilang pun meningkat dari indikasi nilai Plant Availability Factor, yang merupakan indikator jaminan ketersediaan hari operasi kilang untuk pencapaian target produksi dari target di 2020 sebesar 99,12 % meningkat menjadi 99.57%.
Kinerja operasi positif ini merupakan konsolidasi kinerja dari 6 Refinery Unit yang ada di Dumai, Plaju, Balongan, Cilacap Balikpapan, dan Kasim serta 1 Petrokimia Plant TPPI yang ada di Tuban dengan didukung oleh lebih dari 5.300 pekerja Kilang yang senantiasa beroperasi 24 jam setiap hari.
Selain mengoperasikan kilang-kilang yang ada secara efisien, PT KPI juga berupaya optimal untuk mewujudkan ketahanan energi nasional di masa mendatang, dengan berkomitmen dalam melaksanakan upgrading kilang-kilang di Indonesia yang dinamakan dengan Refinery Master Development Program (RDMP).
Proyek tersebut akan meningkatkan kapasitas kilang, memperbaiki kualitas produk, dan menurunkan harga pokok produksi bahan bakar minyak (BBM) yang akan mendorong peningkatan devisa serta penerimaan pajak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News