kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.663.000   13.000   0,79%
  • USD/IDR 16.290   59,00   0,36%
  • IDX 7.024   -49,23   -0,70%
  • KOMPAS100 1.030   -6,74   -0,65%
  • LQ45 801   -8,54   -1,05%
  • ISSI 212   0,00   0,00%
  • IDX30 415   -6,10   -1,45%
  • IDXHIDIV20 501   -4,74   -0,94%
  • IDX80 116   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 121   -0,50   -0,41%
  • IDXQ30 137   -1,60   -1,16%

Produksi minyak nabati dunia turun akibat cuaca


Rabu, 01 Juni 2016 / 16:39 WIB
Produksi minyak nabati dunia turun akibat cuaca


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Sejumlah negara produsen minyak nabati mengalami penurunan produksi akibat cuaca ekstrem di negara masing-masing. 

Negara penghasil kedelai seperti Argentina dan Brasil misalnya, tengah dilanda curah hujan tinggi, sehingga mengakitbatkan banjir di sejumlah wilayah yang merusak tanaman pertanian. 

Demikian juga dialami bagian selatan Amerika mengalami gagal panen akibat cuaca yang tidak bersahabat.

Hal serupa juga terjadi di China, India dan Amerika mengalami penurunan panen rapeseed. 

Rapeseed adalah sebutan dalam bahasa Inggris bagi beberapa kelompok tumbuhan marga Brassica yang dibudidayakan untuk diambil minyak dari bijinya. Sementara Indonesia dan Malaysia juga mengalami penurunan produksi minyak kelapa sawit akbiat El Nino tahu lalu.

Akibatnya, penurunan produksi minyak nabati di seluruh dunia membuat stok dan cadangan minyak nabati menurun dan setiap negara berlompa mengisi cadangannya.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan mengatakan berdasarkan data yang diolah GAPKI, produksi minyak sawit Indonesia pada bulan April mengalami stagnasi. 

Beberapa daerah rata-rata mengalami penurunan produksi terutama di pulau Sumatera. Produksi minyak sawit yang mengalami kenaikan tipis hanya di pulau Kalimantan kecuali Kalimantan Tengah.

"Volume produksi minyak sawit Indonesia pada bulan April mencapai 2,34 juta ton atau naik 1% dibandingkan dengan produksi pada bulan lalu sebesar 2,32 juta ton," ujar Fadhil, Rabu (1/6).

Ia juga menjelaskan, kalau pada April ini, stok minyak sawit Indonesia termasuk biodiesel dan oleochemical tercatat turun sebesar 25% atau dari 3,02 juta ton pada Maret turun menjadi 2,27 juta ton pada April. 

Produksi yang stagnan dan mulai naiknya penyerapan biodiesel dan meningkatnya ekspor telah menggerus stok minyak sawit di dalam negeri.

Kendati begitu, Fadhil bilang, ekspor minyak sawit Indonesia pada April 2016 lalu hanya naik 20% yakni 2,09 juta ton dari bulan Maret 1,74 juta ton. 

Ekspor minyak sawit Indonesia tidak terkerek signifikan karena harga minyak sawit yang tinggi membuat selisih harga dengan minyak kedelai tipis, konsumen lebih memilih minyak kedelai.

Dari sisi harga, sepanjang April harga Crude Palm Oil (CPO) global bergerak di kisaran US$ 692,5 – US$ 745 per metrik ton, dengan harga rata-rata US$ 713,1 per merik ton.

Harga rata-rata April 2016 ini naik sebesar 4,6% dibandingkan harga rata-rata pada Maret yaitu US$ 681,8 per metrik ton.

GAPKI memperkirakan harga CPO global sampai pada dua pekan pertama Juni akan bergerak di kisaran US$ 695 – US$ 750 per metrik ton.

Pada Mei ini, para pengusaha minyak sawit mulai terkena pungutan Bea Keluar untuk pertama kalinya sejak Oktober 2014. 

Harga rata-rata minyak sawit untuk periode penetapan Bea Keluar untuk Mei adalah US$ 754,10 ini artinya di atas US$ 750 per metrik ton batas minimum pengenaan Bea Keluar (BK).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×