kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi susu lokal menurun, ini penyebabnya


Jumat, 13 Oktober 2017 / 20:12 WIB
Produksi susu lokal menurun, ini penyebabnya


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Dewan Persusuan Nasional (DPN) Teguh Boediyana memandang dalam beberapa waktu terakhir pemerintah tidak memberikan atensi untuk menaikkan produksi susu sapi lokal. Hal itu ditunjukkan dengan terus menurunnya produksi susu sapi dari tahun ke tahun.

Teguh mengungkap, saat ini rata-rata produksi susu lokal dalam satu hari hanya sekitar 1.600 ton, atau kurang dari 600.000 ton dalam setahun. Produksi ini masih kurang untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan susu sapi yang mencapai 3,8 juta ton dalam setahun. Padahal, menurutnya 90% dari produksi susu lokal digunakan untuk kebutuhan industri.

Menurut Teguh hal ini pun diakibatkan oleh tidak adanya kebijakan pemerintah terkait susu sapi atau kebjakan yang berfungsi untuk melindungi susu dalam negeri.

"Dulu ada peraturan terkait proteksi susu dalam negeri yang ditetapkan oleh pemerintah, bahkan diperkuat dengan inpres tahun 1985. Namun pada awal tahun 1998 kebijakan itu dibatalkan. Saat ini perlu ada kebijakan level Perpres karena bersangkutan dengan banyak kementerian. Ada perdagangan, perindustrian, Pertanian, Koperasi, dan lainny," ujar Teguh, Jumat (13/10).

Teguh mengungkap saat ini populasi sapi perah betina di Indonesia hanya berkisar 300.000 ekor, dan hanya sekitar 200.000 sapi yang sedang menghasilkan.

Melihat masalah yang ada, Teguh pun mengatakan Dewan Persusuan Nasional pun sudah memberikan usul kepada Kementerian Pertanian melalui anggota DPR Komisi IV untuk meningkatkan populasi sapi perah.

Dia bilang, produksi susu sapi dapat ditingkatkan apabila ada bantuan subsidi impor sapi, penyediaan ternak, penyediaan sumur bor, dan lain sebagainya.

"Yang paling penting itu subsidi impor sapi, karena sapi perah harus diimpor. Tetapi harga impor sangat mahal, peternak tidak mungkin melakukannya. Seandainya bisa 51% ada subsidi dari pemerintah, maka hal itu masih mungkin dilakukan," tutur Teguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×