kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi Thailand menyusut, tren harga karet akan naik


Kamis, 04 November 2010 / 08:46 WIB
Produksi Thailand menyusut, tren harga karet akan naik
ILUSTRASI. EKSPOR JAHE GAJAH


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Meski sudah mulai melandai, namun harga karet alam internasional diperkirakan akan kembali merangkak naik. Pasalnya, produksi karet alam asal Thailand, produsen karet alam terbesar di dunia pada kuartal IV tahun ini akan melorot sekitar 4,1%.

Asosiasi Karet Thailand menjelaskan, tingginya curah hujan di Thailand akhir-akhir ini menghambat proses penyadapan karet di Thailand. Presiden Asosiasi Karet Thailand Luckchai Kittipol menghitung, produksi karet Thailand selama Oktober hingga Desember diperkirakan mencapai 930.000 ton.

Angka ini lebih rendah ketimbang produksi pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 970.000 ton. "Suplai karet sangat rendah, sejak hujan yang berlangsung sejak Juli lalu membuat produksi turun," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (2/11). Luckchai menambahkan, rendahnya pasokan ini membuat harga karet dunia akan terdongkrak.

Harga karet dunia di bursa komoditas Tokyo pun diperkirakan akan kembali merangkak naik ke kisaran 320 yen per kg - 340 yen per kg dalam dua bulan ke depan. Asal tahu saja, kemarin harga karet di Bursa Tokyo Commodity (Tocom) untuk pengiriman Desember 2010 ada di level 319 yen per kg. Harga ini sudah sedikit terkoreksi dari harga tertingginya sebesar 333,90 yen per kg yang dicapai pada pertengahan bulan lalu, 15 Oktober 2010.

Tingginya curah hujan di beberapa negara produsen karet dunia seperti Thailand dan Malaysia membuat produksi karet dunia tahun ini diperkirakan tidak akan bisa meningkat lebih dari 5,3% menjadi sebesar 9,4 juta ton. Padahal, semula Asosiasi Negara Produsen Karet Alam memperkirakan produksi karet dunia tahun ini akan meningkat hingga 6,3% ketimbang tahun sebelumnya.

Perkiraan penurunan produksi ini terjadi karena adanya gangguan proses penyadapan karet di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand dan India akibat hujan.

Domestik tak terpengaruh

Ketua Dewan Karet Azis Pane mengatakan, meski penurunan produksi karet di Thailand bisa mendongkrak kenaikan harga karet dunia, namun saat ini tidak ada dorongan permintaan yang cukup tinggi yang membuat harga karet kembali melambung tinggi. Sebab, "China juga sudah melakukan pembelian karet untuk cadangan mereka, sehingga China sudah tidak akan membeli karet alam di pasaran. sampai akhir tahun tidak akan terlalu mendongkrak harga," katanya.

Karena permintaan di pasar sudah tidak terlalu tinggi, maka Azis memperkirakan kenaikan harga karet dunia tidak akan sampai ke level 400 yen per kg. Selain itu, kenaikan harga karet dunia ini juga tidak akan mempengaruhi harga karet alam di dalam negeri.

Asal tahu saja, berdasarkan data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, saat ini harga karet di pasar lokal ada di level Rp 35.000 per kg. "Harga karet di dalam negeri juga tidak akan banyak bergerak naik lagi karena permintaan dari sektor otomotif sudah tidak akan naik menjelang di akhir tahun," ungkapnya.

Bahkan, Azis bilang kenaikan harga karet ini tidak akan berlangsung lama. Dalam perkiraan Azis, seperti siklus konsumsi karet setiap tahunnya, pada kuartal I permintaan karet dunia masih rendah. Akibatnya, "Harga karet alam pada kuartal I tahun depan bisa jadi turun di bawah 300 yen per kg. "Harga karet baru akan mulai naik pada kuartal II seiring dengan meningkatnya permintaan dari sektor otomotif," ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×