Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kenaikan harga karet tentu akan berdampak pada industri ban nasional. Namun, Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) menyatakan, kenaikan harga karet yang terjadi sebulan terakhir belum berpengaruh besar pada kinerja produsen ban.
Pasalnya, produsen ban sudah antisipasi dengan menyiapkan bahan baku karet tiap tiga bulan sebelum produksi. Dari catatan APBI, harga karet normal berkisar US$ 1,8-US$ 2 per kilogram (kg). Tapi, sebulan ini, harganya merangkak hingga US$ 2,8-US$ 3 per kilogram.
Meski demikian, Ketua Umum APBIĀ Aziz Pane berharap, kenaikan harga karet hanya sesaat, agar tidak mempengaruhi perkembangan industri.
"Kenaikan harga karet ini baru terasa sebulan ini saja, jadi belum ada pengaruhnya. Kami rasa kenaikan harga hanya sesaat karena curah hujan tinggi sehingga pengaruhi produktivitas," kata Aziz, Kamis (19/1).
APBI mencatat, total konsumsi karet alam di Indonesia pada 2016 sebanyak 601.890 ton. Dari jumlah tersebut industri ban menyerap 250.290 ton. Pada periode 2015, total konsumsi karet alam sebanyak 546.260 ton, dan industri ban menggunakan sebanyak 231.590 ton.
Adapun saat ini produktivitas karet di Indonesia sekitar 13 kilogram per hektare. Masih rendah ketimbang produktivitas Vietnam yang mencapai 19 kg per hektare.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News