Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen Crude Palm Oil (CPO), PT Mahkota Group Tbk (MGRO) masih melihat potensi kenaikan harga CPO di tahun ini. Meski demikian trend kenaikan bukan tanpa tantangan, kebergantungan produsen pada pasar ekspor turut mempengaruhi gejolak harga.
Sebagai negara penghasil dan pengekspor CPO terbesar di dunia, MGRO melihat bahwa industri kelapa sawit ini sangat didukung perkembangannya oleh pemerintah baik hulu maupun hilir.
"Dengan melihat kondisi harga maupun pasar terhadap komoditi kelapa sawit serta turunannya saat ini, pelaku industri ini akan menghadapi tantangan besar pada tahun 2019," ujar Elvi, Sekrtaris Perusahaan MGRO kepada Kontan.co.id, Rabu (3/4).
Terutama, kata Elvi, dalam hal mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor dan menggenjot pemakaian di dalam negeri dalam program biodiesel. Lebih lanjut ia mengatakan, untuk itu percepatan hilirisasi juga sangat penting untuk memperbanyak lini produk turunan tersebut.
Hal ini dinilai dapat dilakukan dan tidak terlepas dari adanya peran pemerintah. "Memang ironis sekali bahwa sebagai negara terbesar penghasil CPO namun Indonesia tidak dapat berperan dalam penentuan harga CPO dunia," sebut Elvi.
Namun sebagai salah satu pelaku dalam industri ini, Elvi menyebutkan bahwa perusahaan berharap tren harga di 2019 akan dapat lebih baik dibanding dengan 2018. Perusahaan juga optimis kalau program pemerintah yang telah disampaikan di atas dapat berjalan dengan lancar, efeknya dapat meningkatkan produksi serta penjualan industri.
Untuk kuartal I-2019, MGRO membidik produksi sebanyak 50.827 ton, adapun raihan saat ini manajemen belum dapat mengutarakannya. Yang jelas sampai Februari 2019 ini total produksi sudah mencapai 41.767 ton CPO.
Tahun ini, MGRO mematok target produksi CPO sebanyak 203.308 ton. Untuk target penjualan mencapai Rp 5,66 triliun. Sementara target laba bersih tahun ini senilai Rp 123,16 miliar.
Untuk mencapai target tersebut, MGRO akan berfokus ke hilirisasi dengan memanfaatkan pabrik refinery baru. Sebagai informasi, MGRO membukukan laba bersih sebesar Rp 84,52 miliar pada 2018, naik 582,2% dari Rp 12,39 miliar pada 2017.
Dari sisi revenue, MGRO membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 2 triliun di 2018, naik 13,63% dari Rp1,76 triliun di tahun 2017. Pendapatan terbesar perusahaan berasal dari penjualan CPO sebesar Rp 1,51 triliun, dimana sisanya berasal dari penjualan inti sawit sebesar Rp 355,58 miliar dan jasa sewa tangki sebesar Rp 68,26 miliar.
Tahun ini MGRO terbilang ekspansif dengan mengalokasikan belanja modal Rp 200 miliar untuk hilirisasi pabrik refinery dan kernel crushing plant. Untuk pabrik baru bakal dibangun kapasitas produksi minyak goreng 1.500 ton per hari, sementara lini produksi kernel crushing akan menghasilkan minyak inti sawit sebanyak 400 ton per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News