Reporter: Merlinda Riska | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Perusahaan farmasi tengah mengambil ancang-ancang membeli bahan baku obat untuk kebutuhan produksi tahun depan. Meski kurs rupiah terus tertekan dollar Amerika Serikat (AS), perusahaan farmasi domestik tampaknya tetap menjalankan produksi dan ekspansi usaha.
PT Kimia Farma Tbk (KAEF) contohnya, sudah membeli bahan baku impor untuk keperluan tahun depan pada November ini. Menurut Rusdi Rosman, Direktur Utama Kimia Farma, pihaknya sudah memesan bahan baku obat untuk kebutuhan regular selama periode Januari 2015 sampai Februari 2015.
Rusdi menerangkan, ada dua kategori pembelian bahan baku obat. Pertama, bahan baku untuk produksi regular. Yakni, obat yang kerap Kimia Farma produksi setiap bulannya. Kedua, bahan baku tertentu, yakni bahan baku yang akan Kimia Farma beli bila memenangkan tender obat dari pemerintah. "Untuk yang regular, biasanya kami rutin beli setiap tiga bulan sampai empat bulan. Nah, kami sudah beli untuk Januari-Febuari tahun depan," kata dia kepada KONTAN, Senin (10/11).
Terkait kurs yang melemah dan tidak stabil, Rusdi bilang, pihaknya sudah melakukan lindung nilai atau hedging kurs sebagai langkah antisipasi. Menurutnya, lantaran kebutuhan produk farmasi masih tinggi, KAEF pun akan terus menggenjot produksi.
Siasat agar margin keuntungan tak tergerus, manajemen perusahaan akan lakukan efisiensi dan memantau kondisi kurs untuk membeli bahan baku impor tertentu. "Setiap tahun bahan baku impor farmasi tersebut biasanya naik mengikuti pertumbuhan pasar farmasi. Tahun depan proyeksi industri masih tumbuh berkisaran 10%-12%," papar dia.
Nah, supaya bisa terus mengikuti pertumbuhan industri farmasi bahkan kalau bisa lebih tinggi, Kimia Farma menyiapkan belanja modal senilai Rp 600 miliar tahun depan. Dana ini sebagian besar bakal dipakai untuk merampungkan pembangunan pabrik yang terletak di Banjaran, Jawa Barat.
Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) masih menimbang untuk membeli bahan baku obat saat ini. Manajemen perusahaan ini juga masih mengamati dan mencermati kondisi kurs rupiah. Namun, Kalbe sudah siap menghadapi tantangan bisnis 2015 dengan menggenjot produksi.
Untuk itu, Kalbe siap mengalokasikan belanja modal sekitar Rp 1 triliun - Rp 1,5 triliun tahun depan. Alokasi belanja modal ini lebih besar dari belanja modal yang dianggarkan tahun ini, Rp 1 triliun - Rp 1,2 triliun. Salah satu rencana bisnis adalah menggenjot 30%-50% dari kapasitas produksi saat ini.
Namun, Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan KLBF Vidjongtius belum bisa menyebutkan target pendapatan tahun depan. "Baru akan kami susun. Mungkin dalam sebulan lagi kami baru bisa cerita mengenai target pendapatan kami tahun depan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News