kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produsen otomotif tak bisa ekspor terimbas aturan impor Vietnam


Rabu, 31 Januari 2018 / 17:07 WIB
Produsen otomotif tak bisa ekspor terimbas aturan impor Vietnam
ILUSTRASI. Toyota Avanza Veloz


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen industri otomotif Indonesia mengeluhkan aturan impor Vietnam. Mereka sepakat agar pemerintah Indonesia dapat menyelesaikan segera masalah tersebut dengan pemerintah Vietnam.

Baru-baru ini, Vietnam mengeluarkan keputusan Perdana Menteri No. 116/2017/ND-CP tentang Persyaratan Manufaktur, Perakitan dan Impor Kendaraan Bermotor dan Perdagangan di Bidang Layanan Jaminan dan Pemeliharaan Kendaraan Bermotor. Kebijakan tersebut berlaku efektif pada 1 Januari 2018.

Kebijakan ini ditengarai sebagai upaya menghalangi impor otomotif Vietnam. Peraturan ini juga dikomplain oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand dalam perundingan Asean, serta Jepang dan Amerika Serikat di forum The Technical Barriers to Trade WTO.

Bob Azam, Direktur Administrasi, Corporate & External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menjelaskan, dampak dari aturan tersebut yakni penunandaan ekspor mobil.

"Ekspor kita lebih 2.000 unit per bulan tertunda dan tidak bisa masuk. Model utamanya adalah Fortune, selain itu juga ada Rush, Vigo dan Avanza," kata Bob kepada Kontan.co.id, Rabu (31/1).

Menurutnya Toyota sudah koordinasi dengan pemerintah lewat Menteri Perdagangan. Rencananya pemerintah juga akan kirim tim ke Vietnam. Bahkan Presiden Jokowi juga sudah bicara langsung dengan Perdana Menteri Vietnam.

Menurutnya perhatian utama Toyota adalah ASEAN harus tetap menjadi kawasan yang ekonomi tumbuh pesat melalui perdagangan bebas antar negara. "Semangat itu yg harus dijaga, laporkan bila tiap negara membatasi perdagangan karena yang dirugikan pada akhirnya konsumen dan daya beli," lanjutnya.

Meski demikian, Toyota menurutnya lebih fokus untuk melihat perkembangan kondisi Vietnam dulu sambil mencari negara potensial lain untuk di ekspor.

Donny Ishmi Sahputra, Marketing Director 4W PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) menjelaskan, Suzuki pun terkena dampak. Padahal tiap tahun Suzuki mengekspor kendaraan CBU (Completely Built-Up) yakni seri Suzuki APV dan Suzuki Ertiga ke Vietnam.

"Tahun lalu total kami ekspor ke sana sekitar 3.200 unit atau sekitar 260 unit per bulan. Dan Desember lalu kami sudah setop produksi ke sana karena aturan tersebut," kata Donny, Rabu (31/1).

Menurut Donny, ada atau tidak adanya aturan tersebut Suzuki tetap cari negara ekspor potensial. Namun tak bisa dipungkiri, negara ASEAN saat ini memang jadi tujuan utama Suzuki. "Banyak negara ASEAN jadi emerging market seperti Vietnam, salah satunya Filipina tapi kita juga tetap ekspor ke negara Afrika dan juga Timur tengah," kata Donny.

Donny berharap pemerintah Indonesia dan Vietnam bisa menemukan win-win solution dari masalah ini. Menurutnya Suzuki melalui Gaikindo sudah bertemu asosiasi otomotif Vietnam juga untuk bisa menuntaskan kondisi ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×