Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar baja nasional masih belum dirasakan bertumbuh bagi PT KHI Pipe Industries. Perseroan mengaku belum mendapatkan banyak order di paruh pertama tahun ini.
Jati Santiono, Presiden Direktur PT KHI Pipe Industries malah memprediksi demand pipa baja nasional tahun ini diprediksi mengalami penurunan pada semester pertama. Menurutnya permintaan di sektor minyak dan gas (migas) yang diharapkan dapat mendorong pasar pipa baja belum maksimal.
Sebelumnya perusahaan berharap porsi pipa migas dapat meraup 25% volume penjualan perseroan dalam setahun, yang rata-rata per tahunnya total volume penjualan KHI mencapai lebih dari 100.000 ton. Mengenai target tahun ini, Jati mengaku tidak mematok nilai atau volume penjualan yang muluk-muluk.
"Karena lemahnya permintaan pada semester pertama, maka pada semester kedua kami berupaya masuk pasar ekspor dan terus mendukung sinergi antara Krakatau Steel dengan BUMN Karya dan PGN dalam bentuk pemenuhan kebutuhan pipa baja konstruksi dan migas," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/7).
Karena kebutuhan pipa migas belum ada saat ini, maka kata Jati sebagian besar order sekarang didapat dari sektor konstruksi dan infrastruktur. "Kami juga berharap pada semester kedua permintaan pipa oil & gas meningkat sehingga dapat memperbaiki kinerja tahun 2019," sebutnya.
Untuk proyek infrastruktur diakui perseroan mempunyai peranan penting untuk mendorong demand pipa baja nasional dikarenakan pertumbuhan dan market share lebih besar dibandingkan sektor migas.
Dengan terus berjalannya proyek-proyek infrastruktur ke depan, seperti pelabuhan, pembangkit listrik, bandara ,sistem penyediaan air minum (SPAM), fasilitas olahraga dan lain-lain diharapkan akan terus mendorong permintaan pipa baja.
"Kami terus menerus berupaya meningkatkan produktifitas, kualitas dan efisiensi sehingga mempunyai daya saing yang tinggi dibandingkan dengan produsen domestik lain dan juga produk impor," sebut Jati.
Selain pasar lokal, tahun ini perusahaan juga berupaya membuka peluang pasar ekspor. Namun demikian produk yang ditawarkan harus kompetitif. Untuk itu KHI harus mendapatkan bahan baku HRC yang kompetitif dari sisi kualitas dan pricing serta menekan manufacturing cost.
Sementara itu bagi, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) atau Spindo meski capaian di kuartal satu belum memuaskan, perseroan masih optimistis dapat memperoleh bisnis yang baik di semester dua tahun ini.
"Intinya memasuki semester kedua ini kami tetap optimis, karena pencapaian semester I-2019 yang kira-kira lebih baik dari semester I tahun 2018," sebut Johannes Edward, Investor Relations Spindo kepada Kontan.co.id, Senin (22/7).
Tuntasnya proses pemilihan umum, menurut Johannes dapat memberikan angin segar untuk para pelaku usaha yang mungkin selama ini menerapkan pola wait and see. Perseroan sendiri diketahui tengah berusaha meningkatkan jaringan distribusi dengan menambah beberapa unit depo di luar Jawa.
Adapun Spindo mematok pertumbuhan volume penjualan 20% di tahun ini, berpedoman terhadap pergerakan ekonomi yang mulai melonjak setelah rampungnya banyak proyek infrastruktur. Secara porsi, Spindo mematok seimbang sebanyak 50% masing-masing untuk segmen penjualan proyek dan ritel.
Dengan kapasitas terpasang yang ada saat ini 600.000 ton per tahun dirasakan masih cukup. Utilitas produksi dikawal kisaran 65%, masih dapat dilakukan peningkatan tergantung kondisi dan permintaan dari pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News