Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Produsen plastik dan kemasan PT Berlina Tbk (BRNA) mengerek harga jual produk sebesar 10%-15% pada paruh pertama tahun ini. Hasilnya, pendapatan emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode BRNA ini melonjak 39,72% di semester pertama tahun ini.
Kenaikan harga jual produk ini bukan tanpa alasan. Manajemen BRNA harus memutar otak untuk menghadapi gejolak nilai mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang melemah. Di sisi lain, kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif listrik juga ikut menambah panjang daftar lonjakan beban perusahaan tahun ini.
"Kami juga harus menaikkan upah minimum para pekerja," kata Roberto Bernhardeta, Direktur Independen BRNA kepada KONTAN, Minggu (14/9).
Kebijakan manajemen BRNA menaikkan harga jual tidak dilakukan sekaligus. Mereka menaikkan harga secara bertahap yakni pada bulan Januari, April, dan Mei. Total kenaikan rata-rata 10%-15%.
Kenaikan harga jual ini yang menjadi penopang penghasilan sepanjang semester I-2014 silam. Namun, volume penjualan sejatinya juga meningkat. Hanya saja, Roberto tak membawa catatan volume penjualan BRNA sepanjang semester I-2014.
Sebagai gambaran, berdasarkan laporan keuangan semester I-2014, pendapatan BRNA sebesar Rp 646,47 miliar. Angka ini naik 39,72% dari periode yang sama 2013 sebesar Rp 462,66 miliar.
Akibat kenaikan pendapatan ini, laba tahun berjalan BRNA ikut terkerek 82,5% dari periode yang sama tahun lalu. Laba bersih perusahaan pada semester pertama 2014 sebesar Rp 41,39 miliar, naik drastis jika dibandingkan dengan periode yang sama 2013 sebesar Rp 22,68 miliar.
Tahun ini manajemen BRNA menargetkan pendapatan Rp 1,15 triliun–Rp 1,2 triliun. Artinya bertumbuh 20%–25% dari pendapatan 2013 sebesar Rp 961 miliar.
BRNA menargetkan kapasitas produksi naik 20%-25% pada akhir tahun ini. "Mesinnya sudah ada, tapi perlu waktu untuk beroperasi maksimal," terang Roberto.
Saat ini kapasitas produksi BRNA dari pabrik di Indonesia sekitar 22.700 ton per tahun. Sedangkan kapasitas produksi anak perusahaan BRNA di Tiongkok sebesar 7.500 ton per tahun. Utilitas produksi perusahaan ini berkisar antara 70%-80%.
BRNA menganggarkan belanja modal Rp 150 miliar tahun ini. Sebesar Rp 120 miliar untuk mesin dan peralatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News