Reporter: Gloria Haraito | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Konsumsi polyvinyl chloride (PVC) di dalam negeri memang masih sedikit. Tapi, kondisi ini memberi ruang bagi bisnis ini untuk bertumbuh pesat. Untuk itu, produsen akan mendorong konsumsi vinyl dalam negeri agar terus bertambah. Para produsen juga bisa menggenjot penjualan ke pasar ekspor yang terbuka lebar.
Sekadar informasi, PVC adalah material yang biasa digunakan membuat pipa, bingkai, kantung plastik, kulit, film, kabel, kawat, sepatu, botol, dan kertas. Bahan baku PVC adalah minyak mentah yang dialiri listrik serta dicampur soda api.
Menurut Namsak Choonhajutha, Manajer Umum ASEAN Vinyl Council Association (AVC), produksi PVC di Asia Tenggara mencapai 2,1 juta ton per tahun. Dari jumlah ini, konsumsi PVC cuma 1,4 juta ton per tahun. Berarti, ada kelebihan produsi 455.000 ton.
Konsumsi PVC di Asia Tenggara memang masih kecil, yakni 2,5 kilogram (kg) per kapita per tahun. "Jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan dengan tingkat konsumsi PVC di Eropa yang mencapai 10 kg per kapita per tahun," ujar Namsak, Senin (13/12).
Tingkat konsumsi PVC di Asia Tenggara masih minimnya karena banyaknya kayu dan material substitusi di Asia Tenggara. Padahal, menurut Namsak, penggunaan PVC lebih ramah lingkungan karena menghambat penebangan kayu dan pemanasan global.
Demi meningkatkan produksi dan penjualan, para produsen PVC se-Asia Tenggara menyatukan diri dalam AVC bulan lalu. Menurut Namsak, asosiasi ini akan mengumpulkan informasi seputar parameter PVC di setiap negara serta berbagi informasi seputar teknologi. Saat ini, AVC memiliki 12 anggota dari lima negara.
Produksi 2011 naik 5%
Diana Lumakso, Presiden Direktur PT Sulfindo Adiusaha, menuturkan, Indonesia memiliki lima produsen PVC dengan kapasitas produksi 595.000 ton per tahun. Tahun ini, pasar domestik hanya menyerap 300.000 ton. maklum, tingkat konsumsi PVC di Indonesia hanya 1,25 kg per kapita per tahun.
Lantas sisa 295.000 ton produksi PVC Indonesia diekspor ke Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika, Turki, Banglades, Srilanka, dan India. India merupakan sasaran ekspor yang paling empuk. Maklum, saban tahun, kebutuhan PVC India mencapai 2,1 juta ton.
Diana optimistis, dalam jangka panjang, konsumsi PVC akan berkembang pesat. Khusus tahun depan, ia memprediksi, produksi dan konsumsi PVC akan tumbuh sekitar 5%-6%. "Pertumbuhan ini seiring dengan proyek infrastruktur dan pengembangan properti yang membutuhkan material PVC," katanya.
Pertumbuhan ini akan mendongkrak pendapatan produsen. Tahun ini, Sulfindo yakin bisa mengumpulkan pendapatan US$ 80 juta dari penjualan PVC.
Oh ya, sebelum menjadi PVC, vinyl lebih dulu diolah dalam bentuk ethylene dichloride (EDC). Nah, di samping menjual PVC, Sulfindo juga menjual EDC. Tahun ini, penjualan EDC Sulfindo bisa mencapai US$ 250 juta.
Selain karena penambahan produksi, pertumbuhan pendapatannya di tahun ini juga disokong peningkatan harga. Di awal tahun, PVC dijual seharga US$ 800 per ton. Di akhir tahun, harganya terkerek hingga US$ 1.000 per ton.
Cerahnya prospek bisnis diakui oleh Sumphan Luveeraphan, Direktur Pelaksana PT TPC Indo Plastic & Chemical. Tahun ini, produksi PVC TPC mencapai 70.000 ton. "Penjualan kami kira-kira bisa mencapai US$ 70 juta-US$ 80 juta," kata Sumphan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News