Reporter: Handoyo |
JAKARTA. Produsen gula rafinasi siap memproses gula mentah menjadi gula kristal putih (GKP) untuk memenuhi kebutuhan bulan Mei di kawasan timur Indonesia. PT Makassar Tene dan PT. Sentra Usahatama Jaya (SUJ), mengaku saat ini memiliki kapasitas idle untuk melakukan penggilingan gula.
Andre Vincent Wenas, Direktur PT Makassar Tene menyambut positif bahwa perusahaannya atau produsen gula raginasi yang lain dilibatkan untuk memproses gula mentah yang rencananya akan diimpor oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). "Kami siap saja, langkah ini juga menurut saya keputusan yang positif dilakukan pemerintah," ungkap Andre.
Selain lebih berpengalaman dalam memproduksi gula rafinasi, PT Makasssar Tene juga berada di lokasi strategis di wilayah timur. Bahkan Andre menghitung, untuk pemrosesan gula mentah pada periode April nanti, PT Makassar Tene setidaknya mampu mengolah gula dengan kapasitas 50.000 ton-60.000 ton. Sekedar informasi, kapasitas yang mampu dilakukan PT Makassar Tene untuk memproses gula rafinasi selama satu tahun bisa mencapai 600.000 ton.
Terkait dengan persyaratan gula yang akan dihasilkan oleh pabrik pengolahan gula, Andre menjamin tidak ada permasalahan. "Icumsa gula rafinasi lebih kecil dari GKP biasa, sehingga kemurniannya lebih baik dan kualitasnya lebih terjaga," jelas Andre.
Selain PT Makassar Tene, kesanggupan untuk melakukan proses penggilingan gula mentah menjadi GKP juga diamini oleh Yohan Setiyawan, Direktur PT SUJ.
"Kalau diminta untuk membantu pemerintah kami siap," janji Yohan. Meski tidak mernci, namun menurut Yohan saat ini PT SUJ masih memiliki kapasitas idle sebanyak 500 ton per hari.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Deddy Saleh sebelumnya mengatakan, selain delapan pabrik pengolahan gula rafinasi ada empat PG Swasta yang berpeluang untuk melakukan penggilingan.
Terkait kesempatan dilibatkannya perusahaan gula rafinasi untuk mengolah gula mentah, Deddy menganggap hal itu merupakan permasalahan bisnis antara PPI dan PG. " Ini bisnis to bisnis, tidak ada hubungannya dengan pemerintah," katanya.
Dalam pelaksanaannya, pabrik pengolahan gula harus dapat memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Selain icumsanya lebih tinggi, bulir gula putih yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan gula rafinasi.
Menteri Pertanian, sekaligus Ketua Dewan Gula Indonesia (DGI) Suswono mengatakan, perusahaan BUMN yang berpeluang untuk melakukan importasi gula adalah PPI. Selain sebagai importir, PPI bertugas mendistribusikan gula mentah yang diimpor ke pabrik gula (PG) untuk dilakukan pemrosesan. "Setelah menjadi gula kristal putih (GKP), PPI juga berkewajiban mendistribusikannya ke wilayah timur Indonesia," kata Suswono (6/2).
Penunjukan satu perusahaan untuk melakukan importasi ini tidak lain untuk menjaga stabilitas harga. Pasalnya, menurut Suswono harga gula mentah mulai naik ketika ada isu Indonesia akan melakukan impor. Dengan penunjukan satu perusahaan, diharapkan harga gula di pasar internasional tidak akan melonjak lebih tinggi.