Reporter: Issa Almawadi | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Bisnis tisu diproyeksikan bakal berkibar tahun ini. Perubahan gaya hidup dan naiknya jumlah penduduk dunia membuat produsen tisu punya peluang untuk mengelap untung. Tahun lalu saja, ada produsen tisu mampu menggulung penjualan melebihi kapasitas produksi.
Tengok saja, realisasi penjualan tisu perusahaan tisu Tessa yang digawangi PT Graha Kerindo Utama. Sepanjang 2015, perusahaan yang terafiliasi dengan KONTAN tersebut mencatat penjualan 105% dari kapasitas produksi.
"Total volume penjualan kami mencapai 320.000 karton atau setara 3.000 ton," kata Edison Bong, Business & Operation Director PT Graha Kerindo kepada KONTAN, Rabu (2/3). Sumber kenaikan penjualan tisu berlabel Tessa terbesar berasal dari kenaikan pasar pasar ekspor.
Menurut Bong, ekspor telah berkontribusi 50% terhadap penjualan. Adapun negara tujuan ekspor Tessa antara lain; Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Australia. "Saat ini ada peluang pasar ekspor ke Eropa seperti Inggris," kata Bong.
Melihat peluang pasar ekspor tersebut, Bong optimistis tahun ini bisa mengejar kenaikan penjualan 20% secara volume, atau naik jadi 38.4000 karton. Meski optimistis dengan penjualan tahun ini, namun Bong menyingkap pula soal tantangan bisnis tisu yang mesti mereka hadapi.
Dua tantangan terberat yang dihadapi adalah; harga gas dan biaya transportasi yang mahal. "Harga gas di Indonesia lebih mahal ketimbang negara lain, begitu juga dengan transportasi ekspor," terang Bong.
Untuk mengatasi mahalnya biaya produksi, salah satu jalan keluar yang dipilih adalah melakukan mengerek harga jual. Untuk mengatasi mahalnya biaya transportasi, Bong mengakalinya dengan mencari kapal yang lebih murah.
Tessa tak sendirian menggarap peluang bisnis kertas tisu . Misalnya dilakukan konglomerasi grup Sinar Mas. Me reka membaca peluang ini. Melalui anak usahanya PT OKI Pulp & Paper Mills, Sinar Mas mempersiapkan pabrik baru yang akan memproduksi tisu di Ogan Kemiring Ilir, Sumatera Selatan..
Meski menghadapi isu boikot tisu di Singapura, namun PT OKI Pulp & Paper Mills yang merupakan unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) tersebut tetap melihat peluang pasar dengan membangun pabrik tisu berkapasitas 500.000 ton per tahun.
Ekspor ke China
Gadang H. Hartawan, Vice President PT OKI Pulp & Paper Mills bilang, peluang pasar tisu yang mereka lirik adalah pasar ekspor. Untuk itu, Gadang mengklaim mempersiapkan 90% hasil produksi pabrik tisu tersebut untuk pasar ekspor. "Tujuan ekspor kami adalah China, Jepang, dan Timur Tengah," ujar Gadang.
Gadang optimistis dengan prospek bisnis tisu tersebut, terutama di China. Menurut dia, pasar tisu di China sangat besar, seiring perubahan kebijakan pemerintah China yang memperbolehkan rakyatnya memiliki anak lebih dari dua. "Kebijakan tersebut akan membuka peluang kenaikan kebutuhan tisu di sana," terang Gadang.
Tak hanya bagi industri, kehadiran pabrik PT OKI Pulp & Paper Mills akan membuka peluang bagi Sumatera Selatan mendapatkan sumber devisa baru dari ekspor. Untuk memenuhi bahan baku pabrik, manajemen PT OKI Pulp & Paper Mills akan memasoknya dari hutan tanaman industri (HTI) seluas 472.000 hektare (ha) di Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin.
"Kami harapkan pabrik beroperasi kuartal III-2016 ini. Kami juga ingin hadirnya PT OKI dapat mendongkrak posisi industri baik pulp maupun kertas tidak hanya Indonesia tapi di mata dunia," ujar Gandi Sulistiyanto Soeherman, Managing Director Sinar Mas.
Saleh Husin, Menteri Perindustrian menjelaskan, bisnis industri berbasis kertas termasuk tisu memiliki peluang besar tumbuh seiring kenaikan kebutuhan kertas dunia. "Kebutuhan kertas dunia naik dari 394 juta ton saat ini menjadi 490 juta ton pada tahun 2020," kata Saleh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













