kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   9.000   0,60%
  • USD/IDR 15.844   91,00   0,57%
  • IDX 7.236   -9,60   -0,13%
  • KOMPAS100 1.108   -1,94   -0,17%
  • LQ45 877   -2,90   -0,33%
  • ISSI 221   -0,67   -0,30%
  • IDX30 449   -2,55   -0,56%
  • IDXHIDIV20 540   -5,86   -1,07%
  • IDX80 127   -0,29   -0,23%
  • IDXV30 132   -3,73   -2,74%
  • IDXQ30 149   -1,28   -0,85%

Program pemerintah genjot produksi garam belum efektif


Rabu, 07 September 2011 / 08:40 WIB
Program pemerintah genjot produksi garam belum efektif
ILUSTRASI. Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/ama


Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Aliansi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (A2PGRI) menilai Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar) untuk menggenjot produksi belum efektif. Waktu pencairan lama, peruntukannya juga kurang tepat.

Anggota Presidium AP2GRI dan Ketua Asosiasi Petani Garam Sampang Faisal Badhowi mengatakan, dana sebesar Rp 8 miliar untuk wilayah Sampang dan Rp 4,9 miliar untuk daerah Pamekasan sampai saat ini belum cair. Sementara, untuk daerah Sumenep, dana baru cair separuh dari alokasi Rp 6 miliar.

“Seharusnya dana bisa cair sebelum masuk masa panen, untuk memperdalam tanggul, memperbaiki pintu air, restrukturisasi media evaporasi dan penataan media kristalisasi. Tetapi yang di Sumenep baru cair akhir Agustus saat sudah mulai panen,” keluhnya, Selasa (6/9).

Ia juga mempermasalahkan dana yang cuma bisa digunakan untuk membeli peralatan dan bahan produksi. Sedang untuk biaya pembangunan tanggul atau perbaikan media, petani harus mencari sendiri.

Program Pugar menyediakan dana Rp 90 miliar untuk 40 kabupaten dengan lahan seluas 4.635 Ha. Direktur Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Feriyanto Djais mengatakan, pemerintah tidak memutuskan secara sepihak soal peruntukan dana itu. “Ini melibatkan beberapa kelompok. Kalau tidak efektif, kita evaluasi. Lagipula kebutuhan setiap lokasi tidak sama,” ucapnya.

Ali Mustadi, Ketua Umum A2PGRI Indramayu, menuturkan, program Pugar harusnya berfokus menyerap garam rakyat. Produksi petani kini kembali berjalan tapi penyerapannya masih rendah. “Koperasi kami, Koperasi Garam Santing Sari Mandiri, menyerap 200 ton dengan harga Rp 400 per kg sejak panen awal Agustus. Karena keterbatasan dana, kami hanya mampu menyerap segitu,” ujarnya.

Persoalan lainnya, harga pembelian garam jauh di bawah ketentuan pemerintah yakni Rp 750 per kg untuk garam kualitas 1 dan Rp 550 per kg untuk kualitas 2. Ali mencatat, harga pembelian garam kualitas 1 dan kualitas 2 di Indramayu Rp 300 per kg.

Sedang di Surabaya harga beli berkisar Rp 560-Rp 850 per kg untuk garam kualitas 1. Garam kualitas 2 dihargai Rp 465-Rp 650 per kg. Direktur Utama PT Garam, Slamet Irredenta, mengaku pihaknya membeli garam petani seharga Rp 570-Rp 600 per kg untuk kualitas 1 dan Rp 510-Rp 540 per kg untuk kualitas 2.

Menurut Ali, karena harga murah, petani cenderung memproduksi garam kualitas 2. Dari data A2PGRI per 5 September, produksi garam nasional 177.509 ton. Garam kualitas 1 hanya 10%, kualitas 2 sebesar 42%, dan di bawah kualitas 2 sebanyak 48%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×