Reporter: Theresia Widyaningtas | Editor: Ridwal Prima Gozal
KONTAN.CO.ID - Angka pengangguran lulusan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) sangat tinggi. Di sisi lain, banyak negara membutuhkan tenaga kerja terampil dari Indonesia. Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) memfasilitasi peluang ini dengan program SMK Go Global.
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2023, lulusan SMK yang menganggur jumlahnya mencapai 1,63juta orang atau 20% dari total penganggur sebesar 7,99 juta orang. Penyerapan lulusan SMK masih rendah karena kompetensinya belum sesuai kebutuhan industri dan dunia kerja.
Sementara itu, fenomena aging population atau berkurangnya penduduk usia produktif di banyak negara menciptakan peluang besar bagi Indonesia untuk mengoptimalkan tenaga kerja di luar negeri. Dalam catatan Sistem Informasi Pekerja Migran Indonesia (SIP2MI) per 23 November 2025, terdapat 351.407 lowongan kerja di luar negeri. Dari total lowongan tersebut, telah terserap 66.877 tenaga kerja atau baru 19,03% saja dan masih menyisakan permintaan tenaga kerja sebanyak 284.530 orang.
Saat ini, penempatan pekerja migran Indonesia masih didominasi sektor domestik. Padahal, pekerja migran Indonesia juga dikenal punya keunggulan di sejumlah sektor formal seperti kesehatan, manufaktur, konstruksi, pertanian, hingga hospitality.
Kendati demikian, lulusan SMK kerap sulit mengakses peluang ini karena kekurangan keterampilan, sertifikasi, dan kemampuan bahasa. Terlebih lagi, biaya pelatihan dan sertifikasi yang dibutuhkan untuk bekerja di luar negeri bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Lima sektor kerja utama
Kemenko PM kemudian menginisiasi program SMK Go Global untuk menyiapkan lulusan SMK berdaya saing di pasar tenaga kerja internasional. Dalam program ini, para lulusan SMK yang masih menganggur akan mendapatkan pelatihan keterampilan, sertifikasi profesi, dan pelatihan bahasa asing agar mereka dapat bekerja di luar negeri secara aman, legal, dan profesional. Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) akan bertindak sebagai leading sector untuk pelaksanaannya.
Pelatihan keterampilan kerja dan sertifikasi dalam SMK Go Global difokuskan pada lima sektor kerja utama, yakni perawat, caregiver/care worker, pengelas, pengemudi truk, dan hospitality. Adapun penempatan tenaga kerja akan disalurkan sesuai permintaan pekerjaan ke sejumlah negara seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman, Australia, Turki, Slovakia, dan Uni Emirat Arab.
Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui usulan kebijakan SMK Go Global dalam Rapat Terbatas (ratas) pada 4 November 2025 dan memberikan pengarahan untuk memulai pelaksanaannya pada akhir tahun 2025. Keberangkatan pertama direncanakan pada Desember 2025 dengan target 500 orang. Secara resmi, program SMK Go Global akan dimulai pada tahun 2026 dan menargetkan penyaluran 500.000 tenaga kerja Indonesia di luar negeri.
Anggaran hingga Rp25 triliun
Mengutip Kontan.co.id, Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar atau Cak Imim mengatakan bahwa pemerintah akan menyiapkan anggaran hingga Rp25 triliun untuk program SMK Go Global pada tahun 2026.
“Presiden sudah memerintahkan untuk menyiapkan anggaran untuk itu di 2026. Untuk tahun 2026, ya Rp15 sampai Rp25 triliun,” ujar Cak Imin usai Rapat Tingkat Menteri (RTM) di Kantor Kemenko PM, pada Selasa (18/11/2025).
Sementara itu melansir laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Menteri P2MI Mukhtarudin menyatakan siap melaksanakan program SMK Go Global yang dikoordinasikan Menko PM. Persiapan eksekusi program dilakukan sejalan dengan penyusunan desain komprehensif pelindungan pekerja migran Indonesia.
“KP2MI akan siap mengeksekusi, mengkoordinir, dengan beberapa kementerian lain dalam rangka percepatan program-program penempatan pekerja migran dan perlindungan pekerja migran yang ke luar negeri,” tuturnya.
Selanjutnya: Perusahaan AS Robinhood Masuk Pasar Modal Indonesia, Akuisisi Penuh Buana Capital
Menarik Dibaca: 5 Rekomendasi Moisturizer dengan Ceramide, Kulit Awet Muda dan Lebih Sehat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













