kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,05   4,30   0.48%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek shale oil dinilai menjanjikan, eksplorasi lanjutan mesti digencarkan


Rabu, 10 Februari 2021 / 15:45 WIB
Prospek shale oil dinilai menjanjikan, eksplorasi lanjutan mesti digencarkan
ILUSTRASI. Prospek shale oil. Photographer: Daniel Acker/Bloomberg *** Local Caption *** Chad Glover


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

Hal senada juga disampaikan oleh Pengamat Migas dari Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto. Yang terpenting, dia mengingatkan bahwa pengembangan shale oil/hydrocarbon perlu waktu dan mesti konsisten.

Pasalnya, AS memulai program shale oil dengan riset panjang sejak 1970-an ketika embargo minyak dari timur tengah. Lalu, shale oil di AS mulai berproduksi komersial secara masif baru pada tahun 2000-an awal. "Jadi perlu waktu dan konsistensi. Meski tak berarti akan sama 30 tahun (pengembangan shale hydrocarbon) karena sekarang teknologi untuk mengekstraksinya sudah ketemu, yaitu fracturing," terang Pri.

Dia menegaskan, perlu investasi eksplorasi skala besar untuk bisa memastikan dan mengubah potensi sumber daya (resources) yang ada menjadi proven reserve.Saat ini yang ada baru berupa potensi sumber daya yang belum teridentifikasi dengan jelas. "Kalau tetap hanya berupa sumber daya, tidak akan berarti apa-apa," sambung Pri.

Untuk itu, diperlukan iklim investasi yang kondusif untuk bisa menarik minat investor. Apalagi di tengah situasi kompetisi migas global yang ketat. "Negara-negara lain seperti Argentina, Tiongkok, dan wilayah lainnya di Amerika Latin sudah jauh lebih siap dalam hal pengembangan shale oil dibanding kita. Jadi, lebih mudah bagi investor menanamkan investasinya di sana," jelas Pri.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong mengatakan bahwa kajian dan eksplorasi mutlak diperlukan jika pemerintah serius ingin mengembangkan shale oil. "Satu-satunya cara harus dieksplorasi dulu untuk melihat prospeknya, tidak ada cara lain," pungkas Marjolijn.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengungkapkan, dalam pengembangan migas non konvensional Pemerintah telah melakukan identifikasi potensi shale oil dan shale gas. "Sementara ini kita perlu banyak minyak, jadi kita fokuskan ke shale oil," ungkapnya dalam keterangan tertulis yang disiarkan di situs resmi Ditjen Migas, Kamis (4/2).

Secara teori, sambung Tutuka, apabila terdapat reservoar minyak di suatu tempat, pasti ada "dapur". Inilah yang dikejar Pemerintah. "Dapur itu sudah diketahui tempatnya di mana. Dapurnya namanya non konvensional. Kita sudah petakan di mana tempatnya dan kita mau fokus ke satu tempat (shale oil)," tambah Tutuka.

Menurutnya, potensi shale oil Indonesia terbilang cukup besar. Hal ini yang membuat Pemerintah optimis untuk terus berupaya mencapai produksi minyak 1 juta barel pada tahun 2030.

Selanjutnya: Konsumsi LNG domestik anjlok, Pertamina proyeksikan hanya pasok 17,6 Cargo di 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×