Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Amailia Putri
JAKARTA. Perusahaan perkebunan milik Grup Saratoga, PT Provident Agro Tbk akan membangun pabrik kelapa sawit (PKS) baru. Rencananya, pabrik itu akan dibangun di pengujung tahun 2013 ini. Ini akan menjadi PKS ke empat milik Provident.
Devin Antonio Ridwan, Direktur Keuangan Provident Agro mengatakan, pihaknya berencana membangun PKS berkapasitas sekitar 30 ton per jam hingga 40 ton per jam. Ia belum mau mengatakan lokasi PKS baru itu. Namun, sebelumnya, manajemen Provident bilang akan membangun PKS di Kalimantan Barat.
Kini, emiten kebun berkode saham PALM ini memiliki tiga PKS yang berlokasi di Sumatra Barat, Riau dan Kalimantan Barat. Total kapasitas produksi ketiga PKS itu mencapai 105 ton per jam. Dengan adanya tambahan satu PKS, maka kemampuan produksi akan naik menjadi sekitar 134 ton per jam sampai 145 ton per jam.
"Targetnya, PKS dibangun akhir tahun ini," kata Devin, Senin (22/4). Pembangunan PKS, kata Devin, memakan waktu sekitar dua tahun. Maka, PKS anyar itu baru bisa beroperasi akhir 2015 mendatang.
Ia belum mau mengatakan berapa nilai investasi untuk membangun PKS itu. Tetapi, ia memberi gambaran, dana yang dibutuhkan untuk membangun PKS sekitar Rp 2,5 miliar per ton.
Korporasi milik pengusaha Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno ini akan fokus meningkatkan produktivitas. Hal ini sebagai langkah menggenjot volume produksi. Namun, Devin juga belum mau blak-blakan terkait target produksi dan penjualan sawit tahun ini.
"Yang jelas, tahun ini produksi akan lebih tinggi dari tahun lalu," tutur Devin. Dengan demikian, volume penjualan juga akan meningkat. Sekedar informasi, tahun lalu, penjualan kelapa sawit PALM ada di kisaran 72.000 ton.
Luas lahan sawit milik PALM saat ini sekitar 61.483 hektare (ha). Dari jumlah tersebut, luas lahan PALM yang berproduksi yaitu seluas 42.000 ha. Tahun ini, lahan milik PALM yang siap produksi bertambah menjadi seluas 44.000 ha.
Kinerja PALM sepanjang 2012 masih suram. Pendapatan perusahaan memang tercatat naik dari Rp 399,57 menjadi Rp 559,23 miliar tahun lalu. Namun, anjloknya harga jual membuat PALM tidak mampu keluar dari jeratan kerugian.
Berdasarkan laporan keuangan 2012, perusahaan membukukan rugi bersih sebesar Rp 83,3 miliar. Padahal, tahun sebelumnya, PALM mencetak laba bersih senilai Rp 27,16 miliar. Kerugian ini merupakan buntut dari membengkaknya sejumlah beban.
Misalnya, beban pokok penjualan yang naik hingga 91% menjadi Rp 457,12 miliar. Beban usaha PALM juga melejit dari 74,05 miliar menjadi Rp 98,78 miliar. Beban usaha PALM meliputi beban penjualan dan beban admistrasi.
Kemudian, beban lain-lain bersih seperti beban keuangan, juga melonjak. Jika pada 2011, beban lain-lain PALM hanya sekitar Rp 50,37 miilar, akhir 2012 naik menjadi Rp 122,63 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News