CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -1.000   -0,07%
  • USD/IDR 15.935   10,00   0,06%
  • IDX 7.315   119,04   1,65%
  • KOMPAS100 1.119   19,94   1,81%
  • LQ45 883   13,18   1,52%
  • ISSI 223   2,70   1,23%
  • IDX30 451   6,35   1,43%
  • IDXHIDIV20 541   6,09   1,14%
  • IDX80 128   1,93   1,54%
  • IDXV30 130   1,43   1,11%
  • IDXQ30 150   1,79   1,21%

Proyek Jalan Tol Trans Sumatra dinilai tidak layak secara finansial


Minggu, 12 Juli 2020 / 18:08 WIB
Proyek Jalan Tol Trans Sumatra dinilai tidak layak secara finansial
ILUSTRASI. Foto udara pembangunan konstruksi ruas jalan tol Padang-Sicincin di Jl Bypass KM 25, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, Jumat (19/6/2020). PT Hutama Karya (Persero) terus mengebut pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS), salah satunya yakni Ruas


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) dinilai tak layak secara komersial. Karena internal rate of return (IRR) proyek tersebut berada di rata-rata 7%.

Direktur Keuangan PT Hutama Karya (Persero) Hilda Savitri mengungkapkan kendala pembangunan JTTS, yaitu proyek tersebut secara komersil tidak feasible. "Kendala terbesar dari proyek JTTS ini yang menjadi background kenapa Hutama Karya ditugaskan adalah karena proyek ini tidak layak secara finansial," ungkap Hilda dalam diskusi virtual, Sabtu (11/7).

IRR berada di rata-rata 7% karena trafik yang ada di JTTS ini berada jauh di bawah minimum trafik secara komersial. Hilda menyebut saat ini lalu lintas Trans Sumatra di bawah 15.000 bahkan sampai di bawah 10.000 per hari.

Baca Juga: Ini skema pendanaan Hutama Karya untuk menyelesaikan proyek Jalan Tol Trans Sumatra

Selain itu, kendala pendanaan karena kebutuhan akuisisi tanah dari total Rp 370 triliun saat ini hanya Rp 90 triliun yang tersedia. "Berarti masih ada Rp 280 triliun yang dibutuhkan untuk menyelesaikan," papar dia.

Kemudian, kendala dari pengakuan internal perusahaan bahwa leverage atau debt equity ratio (DER) sudah cukup tinggi 2,8 kali per akhir 2019. Padahal, dia bilang untuk komersial DER yang diinginkan perbankan atau kreditur sebesar 2,25 kali. "Namun, DER yang tinggi ini sebenarnya sebagian besar berasal dari utang-utang yang dijamin pemerintah terkait dengan JTTS," tutur dia.

Kendala lainnya yakni pembebasan lahan yang tetap menjadi permasalahan di lapangan. Namun sejauh ini ini kendala itu sebagian besar dapat diatasi dengan koordinasi dengan berbagai pihak. "Buktinya kami dalam 5 tahun bisa membangun 500 km tol, berarti itu dukungan dari semua pihak yang sangat mendukung proyek ini," tambah dia.

Baca Juga: Dorong BUMN Karya renegosiasi, begini komentar anggota Komisi VI DPR

Kendati tidak layak secara finansial, dia bilang secara keuntungan ekonomi proyek ini sangat dibutuhkan dan dapat menambah manfaat yang tidak dapat dihitung dalam perhitungan financial IRA. Hilda memaparkan JTTS ini memiliki multiplier effect 2 kali hingga 3 kali dapat meningkatkan nominal GDP daerah sebesar Rp 900 triliun-Rp 1.400 triliun.

"Proyek ini juga menciptakan additional job sebanyak 70.000-120.000 pekerjaan dan fund saving jika JTTS dapat selesai semua akan mempersingkat waktu tempuh sebanyak 53 jam sehingga banyak tambahan manfaat terutama dengan penurunan biaya logistik dengan adanya jalan tol ini," pungkas Hilda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×