kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Proyek MRT dan LRT membuat hunian TOD semakin diminati


Selasa, 20 April 2021 / 18:41 WIB
Proyek MRT dan LRT membuat hunian TOD semakin diminati
ILUSTRASI. Pengembangan kawasan hunian yang terintegrasi dengan konektivitas publik atau Transit Oriented Development (TOD) kian diminati.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan kawasan hunian yang terintegrasi dengan  konektivitas publik atau Transit Oriented Development (TOD) diproyeksikan akan semakin diminati. Prospek cerah hunian TOD bakal didorong beroperasinya transportasi publik, termasuk lewat proyek Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT).

Managing Partner Coldwell Banker Commercial Indonesia Tommy Bastamy menyampaikan, pengembangan hunian dengan konsep TOD akan menjadi alternatif yang semakin menarik. Ada sejumlah alasan mengapa konsep TOD semakin prospektif.

Pertama, dapat menghemat waktu karena akses ke multi moda transportasi yang memadai. Kedua, menghemat biaya transportasi karena ketergantungan terhadap kebutuhan kendaraan akan berkurang.

Ketiga, mendukung gaya hidup (lifestyle) yang lebih sehat karena mengoptimalkan berjalan kaki dan terbatasnya trafik kendaraan bermotor di kawasan.

"Ke depan hunian dalam kawasan TOD memiliki prospek yang lebih tinggi lagi sehubungan dengan peningkatan infrastruktur dan public transportation khususnya yang berbasis “rail way” seperti LRT dan MRT akan semakin besar dalam beberapa tahun ke depan," terang Tommy kepada Kontan.co.id, Selasa (20/4).

Baca Juga: Ada insentif PPN, LRT City Sentul genjot penjualan hunian

Kendati begitu, Tommy mengingatkan bahwa kawasan TOD seharusnya memiliki sejumlah karakteristik utama. Yakni lingkungan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki (walkable neighborhood), berupa kawasan mixed use terintegrasi, terakomodasi dengan peralihan multimoda yang memadai, dan kebutuhan parkir yang lebih minimal.

Menurut Tommy, konsep TOD juga akan menarik dari sisi pengembang. Pertama, pengembangan memungkinkan untuk high density dalam kawasan TOD yang akan memberikan efisiensi dalam biaya pengembangan.

Kedua, tidak perlu menyediakan fasilitas parkir yang maksimal. Ketiga, terdapat insentif parameter pengembangan bagi proyek yang mengusung konsep TOD.

"Selain menarik bagi pengembang, hunian TOD ini juga bisa menjadi alternatif bagi kaum milenial yg membutuhkan konsep hunian yang praktis dan terintegrasi," kata Tommy.

Dihubungi terpisah, Director Advisory Services Colliers International Indonesia Monica Koesnovagril juga menilai, TOD menjadi konsep hunian yang tepat untuk diterapkan di kawasan perkotaan. Apalagi dengan tingkat kemacetan yang tinggi, masyarakat akan beralih pada transportasi massal dengan waktu tempuh lebih cepat, lewat hunian yang bisa dicapai dalam waktu lebih singkat.

"Masyarakat kota bergerak semakin cepat, sehingga untuk sehari-hari mereka memilih hunian yang dapat dijangkau dengan cepat," kata Monica.

Adapun pada umumnya, hunian TOD dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan terpadu (hunian dan komersial), sehingga membuat penghuni dapat tinggal dan memenuhi kebutuhannya dan akses ke pekerjaannya. Alhasil, perpaduan itu bisa menjadi lebih efisien.

"TOD juga lebih tepat bagi kaum milenial dengan karakteristik yang serba cepat dan efisien," sebut Monica.

BUMN dan emiten turut garap TOD

Para pengembang pun mulai serius menggarap kawasan TOD. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun mendukung konsep hunian tersebut. Menteri BUMN Erick Thohir bahkan menyebut TOD ini akan menjadi hunian perkotaan di masa depan.

Selain memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan, TOD juga bisa membantu menekan macet di perkotaan seperti di Jakarta. "Penduduk Indonesia sekarang didominasi usia produktif yang menuntut efisiensi baik dalam hal waktu maupun pekerjaan. Jadi ini bisa menjadi primadona generasi milenial," ungkap Erick saat menghadiri prosesi topping off Tower Cattleya, Samesta Mahata Serpong, pekan lalu.

Proyek tersebut digarap oleh Perum Perumnas. Samesta Mahata Serpong rencananya akan dibangun dalam 2 tahap terdiri dari 3.632 unit hunian. Berada di lahan Stasiun Rawabuntu, hunian ini tidak saja terintegrasi transportasi KRL, tetapi juga berada di akses pintu masuk tol Serpong - Jakarta dan jalan utama Tangerang Selatan juga mengedepankan pemanfaatan moda transportasi umum.

Ke depannya, hunian ini pun akan terkoneksi dengan LRT menuju Bandara Soekarno-Hatta dan perpanjangan jalur MRT dari Stasiun Lebak Bulus hingga Stasiun Rawabuntu.

Baca Juga: Adhi Commuter Properti dan PPD garap kawasan TOD senilai Rp 2 triliun



TERBARU

[X]
×