kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyeksi kebutuhan gas nasional hingga tahun 2050 versi Pertamina


Selasa, 08 Desember 2020 / 22:00 WIB
Proyeksi kebutuhan gas nasional hingga tahun 2050 versi Pertamina
ILUSTRASI. Aktivitas karyawan?Perusahaan Gas Negara.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Pertamina (Persero) menilai, sumber energi gas merupakan bagian dari perjalanan (journey) transisi energi yang paralel dengan pengembangan energi baru terbarukan (EBT).

Berdasarkan data Pertamina, di tahun 2019 porsi gas dalam bauran energi primer berada di level 20%. Posisi gas berada di bawah minyak bumi dan batubara yang masing-masing memiliki porsi sebanyak 33% dan 38%. Sebaliknya, porsi gas lebih unggul dibandingkan EBT yang baru mencapai 9%.

Adapun berdasarkan skenario green transition, porsi gas dalam bauran energi primer cenderung stagnan lantaran hanya naik menjadi 21% di tahun 2050 mendatang. Posisi gas disalib oleh EBT yang diproyeksikan memiliki porsi 47%. Namun, porsi gas masih lebih banyak dibandingkan batu bara (20%) dan minyak bumi (12%) berdasarkan skenario tersebut.

Vice President Pertamina Energy Institute Hery Haerudin menyampaikan, pada dasarnya gas dimanfaatkan di beberapa sektor, seperti transportasi, rumah tangga, serta industri dan pembangkit.

Baca Juga: Pertamina: Pandemi corona akibatkan penurunan kebutuhan energi sebesar 16% di 2020

Dia memperkirakan, kebutuhan gas untuk sektor transportasi nasional dapat mencapai kisaran 85 MMSCFD di tahun 2050. Kebutuhan gas untuk sektor tersebut sebenarnya diproyeksikan akan tetap minim hingga tahun 2050 nanti.

“Hal ini dikarenakan arah industri transportasi yang sedang menuju tren elektrifikasi,” ujar dia dalam acara Pertamina Energy Webinar, Selasa (8/12).

Sementara itu, kebutuhan gas untuk sektor rumah tangga diperkirakan sebesar 740 MMSCFD pada tahun 2050 nanti. Sektor rumah tangga memang masih cukup potensial berkat pemanfaatan jaringan gas (jargas).

Pertamina sendiri menargetkan penetrasi jargas rumah tangga dapat mencapai 30 juta SR hingga tahun 2050 mendatang. “Jargas rumah tangga akan menjadi salah satu alternatif pengurangan impor LPG,” imbuh Hery.

Ia juga memperkirakan, potensi kebutuhan gas untuk sektor industri dan pembangkit listrik dapat mencapai kisaran 10,5 BSCFD di tahun 2050 nanti. Beberapa jenis industri yang bakal mengkonsumsi gas dalam jumlah besar antara lain industri petrokimia, pupuk, hingga kilang pengolahan minyak.

Selanjutnya: Dorong transisi ke energi bersih, Pertamina bakal investasi US$ 18 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×