Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki) berharap toko-toko ritel keramik tetap diperbolehkan beroperasi normal saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) total mulai berlaku.
Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan, penutupan toko-toko ritel keramik tidak diperlukan, sebab aktivitas jual beli di toko ritel keramik dipercaya tidak memicu timbulnya kerumunan ataupun berkumpulnya orang banyak di satu titik.
“Selama ini toko-toko tersebut telah menerapkan juga protokol kesehatan seperti wajib penggunaan masker, pengecekan suhu tubuh, tersedianya hand sanitizer, dan pembatasan jumlah pelanggan,” terang Edy saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (10/9).
Seperti diketahui, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah saja memutuskan untuk kembali memperketat PSBB di wilayah DKI Jakarta untuk menekan jumlah kasus Covid-19 yang terus meningkat.
Baca Juga: PSBB Jakarta diperketat lagi, Kadin himbau pengusaha lakukan ini
Dengan adanya kebijakan tersebut, maka hanya akan ada 11 bidang usaha vital seperti kesehatan, bahan pangan, energi, kebutuhan logistik, pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan lain-lain yang diperbolehkan tetap berjalan dengan kapasitas minimal. Sementara itu, seluruh tempat kegiatan usaha non esensial harus ditutup dan melaksanakan mekanisme WFH secara penuh.
Edy berujar, penerapan PSBB di DKI Jakarta cukup memberatkan pelaku industri keramik. Hal ini tercermin ketika toko ritel keramik dilarang beroperasi saat penerapan PSBB ketika pada bulan Maret 2020 lalu.
Kala itu, utilisasi produksi industri keramik nasional merosot dari semula 65% menjadi hanya 30% dari total kapasitas produksi terpasang.
Diakui Edy, pabrik keramik lokal anggota Asaki memang tidak ada yang berlokasi di DKI Jakarta. Sebagian besar pabrik anggota berlokasi di Jawa Barat dengan jumlah mencapai 75% dari total pabrik anggota.
Meski begitu, kegiatan operasional toko ritel keramik yang terhenti di tengah penerapan PSBB DKI Jakarta cukup berdampak pada serapan pasar dan utilisasi produksi keramik nasional, sebab sekitar 20% dari serapan keramik lokal berasal dari penjualan di wilayah DKI Jakarta.
Terlebih, dilihat dari kanal penjualannya, sebanyak 70%-75% produk keramik nasional dijual melalui toko ritel keramik, sementara sisanya dijual melalui toko bahan bangunan.
Menimbang potensi dampak yang ada dari penerapan PSBB total, pelaku industri keramik hanya bisa berupaya menggenjot penjualan ekspor sembari berharap agar masukannya didengar.
\Baca Juga: PSBB DKI kembali, AP II pastikan pergerakan penumpang tidak terganggu di 19 bandara
Edy bilang, beberapa pasar ekspor seperti misalnya Filipina, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat dan Australia masih cukup menjanjikan untuk digarap. Anggota Asaki sendiri sudah bersiap menawarkan program-program insentif dan harga jual produk yang lebih menarik untuk bersaing di pasar ekspor dengan memanfaatkan stimulus tarif gas industri US$ 6 per mmbtu.
Sementara itu, penjualan melalui kanal digital dinilai bukan merupakan solusi yang pas bagi pelaku industri keramik untuk memitigasi potensi dampak penerapan PSBB total.
“Hampir semua pembeli cenderung melihat langsung fisik keramik, meraba permukaan keramik. Selain itu, produk keramik merupakan produk yang berat dan fragile,” ujar Edy.
Selanjutnya: Emiten-emiten yang bakal meraup keuntungan dari kebijakan perketatan PSBB
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News