Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan
Jakarta. Krisis yang membelit PT PAL Indonesia semakin parah. Setelah meliburkan sebagian karyawan setiap hari Jumat, kini perusahaan pembuat kapal milik pemerintah itu juga mulai memangkas gaji para karyawannya.
Selasa (26/5) malam, karyawan dan manajemen PT PAL telah mencapai kesepatakan. "Gaji karyawan bulan Mei dibayar tidak penuh, pemotongan 30% untuk karyawan grade 8 kebawah, 50% untuk grade 9 ke atas, sedangkan direksi tidak menerima gaji," beber Yunandar, Kepala Kantor Perwakilan Jakarta PT PAL.
Sebelumnya, seperti ditulis KONTAN kemarin (26/5), manajemen PT PAL juga telah meliburkan sekitar 600 karyawannya setiap Jumat secara bergiliran. Ini menjadi jalan keluar untuk mengatasi masalah PT PAL yang tengah kekurangan modal.
Sejatinya, PT PAL masih harus menyelesaikan pesanan 18 kapal hingga tahun 2010. Rinciannya, sekitar sembilan kapal harus selesai dan dikirimkan tahun ini sementara sembilan kapal lagi mesti selesai tahun depan. "Tapi, hanya ini yang bisa kami lakukan, sebab keputusan pencairan modal ada di tangan Departemen Keuangan (Depkeu)," ujar Yunandar, Selasa (26/5).
Pada Februari 2009, sebenarnya, PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) berencana mengucurkan bantuan pinjaman awal senilai US$ 11 juta, dari total kucuran pinjaman senilai US$ 40 juta sampai US$ 50 juta. Jumlah ini masih dibawah permintaan PT PAL yang mencapai US$ 60 juta. Tapi, hingga kini, pinjaman itu takkunjung cair.
Sekretaris Perusahaan PPA, Renny O. Rorong mengatakan, pada prinsipnya, pihaknya telah siap mencairkan dana ke PT PAL. Meski begitu, sesuai aturan yang berlaku, PPA tidak bisa begitu saja mencairkan dana ke PT PAL. "Makanya, kami tengah berkoordinasi secara intensif dengan Depkeu, BUMN, dan bank terkait," ujarnya.
Namun, Renny mengaku tidak mengingat total dana yang akan dikucurkan oleh PPA. "Pastinya ada perubahan dari rencana awal," timpalnya.
Yunandar mengakui rencana pinjaman itu. Ia juga bilang, PT PAL dan PPA telah menyepakati bunga utang tersebut. "Besarnya sekitar 7% sampai 9% per tahun," bebernya.
Sejatinya, selain pinjaman pemerintah, PT PAL memiliki opsi lain, yaitu meminjam dari bank asing. "Namun, tingginya bunga serta prosesnya yang panjang membuat opsi itu menjadi sangat jauh dari pikiran kami," ujar Yunandar.
Namun, Sekretaris Jenderal Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai (Iperindo) Wing Wirjawan membantah pernyataan Yunandar. Menurutnya, perbankan di luar negeri justru memasang suku bunga kredit yang rendah sehingga terjangkau.
Yang pasti, krisis di tubuh PT PAL ini membuat para karyawan meradang. Ketua Umum Serikat Pekerja PT PAL Kartiko Ardi Widodo meminta penjelasan pemerintah. "Harus tegas, kalau mau rasionalisasi berapa orang?," ujarnya seperti dikutip Kompas.com.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News