Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Pertani (Persero) mendiversifikasi bisnis benih pertanian yang dimilikinya. Mulai tahun ini, perusahaan pelat merah ini tak hanya berbisnis benih padi, jagung, dan kedelai, tapi juga benih tebu.
Benih tebu yang dikembangkan Pertani ini diklaim memiliki produktivitas tinggi yakni mencapai 150 ton per hektare (ha) dengan tingkat rendeman mencapai 12%.
Benih ini bisa disebut benih unggul karena saat ini produktivitas tebu di Indonesia hanya sekitar 60 ton-70 ton per ha dengan rendemen hanya sekitar 7%.
Wahyu, Direktur Utama Pertani mengatakan meskipun sudah positif untuk masuk bisnis benih tebu, tapi Pertani belum menghitung nilai investasi untuk mengembangkan dan memproduksi benih tebu tersebut.
Wahyu menyebut pengembangan benih tebu yang dilakukan Pertani multilokasi sehingga biaya yang diperlukan berbeda-beda tiap lokasi sehingga belum diketahui besarannya. Apalagi, pengembangan ini juga dibantu oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian (Kemtan). "Kami akan memiliki hak eksklusif untuk menguasai jenis benih tebu unggul tersebut nanti," ujarnya, Rabu (8/2).
Wahyu menjelaskan, uji multilokasi akan dilakukan pada tahun ini juga dan ditargetkan pada awal tahun depan sudah mulai dikembangkan di Pertani. Kemudian pada tahun 2019, benih tebu ini akan dikembangkan secara massal. Pangsa pasar pertama yang akan disasar Pertani adalah perkebunan tebu milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Sebab dari komunikasi yang terbangun selama ini, PTPN mengeluhkan benih tebu milik mereka karena rendemennya rendah.
Wahyu optimistis ke depan dapat memasarkan ini ke perusahaan sesama plat merah dan juga ke pihak swasta. Karena memiliki hak eksklusif, maka hanya Pertani yang berhak mengembangbiakkan benih tersebut.
Muhammad Syakir, KepalaBalitbang Kemtan mengatakaan, pengembangan benih tebu unggulan merupakan langkah awal dari target swasembada gula. Ia bilang, satu-satunya cara peningkatan produksi dengan keterbatasan lahan tebu saat ini, tidak ada jalan pintas lain kecuali menghasilkan varietas baru dengan rendemen dan produksi tinggi. "Target akhir kami rendemen bisa mencapai 16%," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News