kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PT Smelting harus lengkapi fasilitas pabrik


Selasa, 19 November 2013 / 12:27 WIB
PT Smelting harus lengkapi fasilitas pabrik
ILUSTRASI. Yuk, kenali beberapa fakta menarik seputar kucing Persia.


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Ancaman bakal menutup pabrik yang dilayangkan PT Smelting di Gresik, Jawa Timur, sebagai dampak penerapan hilirisasi mineral disambut dingin oleh pemerintah. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tetap memerintahkan perusahaan asal Jepang tersebut segera melengkapi fasilitas pabriknya supaya seluruh produk turunan dari pengolahan konsentrat tembaga bisa memenuhi ketentuan ekspor.

Dede I Suhendra, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM menegaskan, produk berupa anode slime yang dihasilkan PT Smelting tetap akan dilarang diekspor pada tahun depan karena belum memenuhi ketentuan batasan minimum. "Justru emas dan perak itu adanya di anode slime. Masa kita buang emas terus ke Jepang?" kata dia ke KONTAN, Senin (18/11).

Sekadar berkilas balik, PT Smelting menyatakan kegiatan operasi produksinya bakal terancam. Ini menyusul penerapan Permen ESDM Nomor 20/ 2013 tentang Perubahan Kedua Permen ESDM Nomor 7/2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral.

Perusahaan itu memproyeksikan pendapatannya bakal merosot sekitar 40%  daripada saat ini karena tak bisa mengekspor anode slime. Saat ini, perusahaan yang dimiliki Japanese Investment dan PT Freeport Indonesia tersebut memproduksi anode slime sebanyak 1.100 ton hingga 1.800 ton per tahun.

PT Smelting mengklaim tidak bisa langsung memasok anode slime ke PT Aneka Tambang Tbk (Antam) lantaran spesifikasi produknya berbeda. Pabrik milik Antam saat ini baru bisa menerima anode slim yang sudah diolah menjadi dore.

Dede mengakui, hingga sekarang ini, pengolahan dan pemurnian (smelter) anode slime menjadi produk emas batangan memang belum ada yang beroperasi di Indonesia. Sebab, material tersebut harus dikonversi terlebih dahulu menjadi dore, hingga akhirnya menghasilkan emas atau perak berkadar minimum 99%.

Meski begitu, kata Dede, Aneka Tambang sekarang ini tengah mempersiapkan pembangunan pabrik pengolahan anode slime. Fasilitas produksi tersebut akan beroperasi pada pertengahan tahun 2014. "PT Smelting jangan manja. Kalau tidak bersedia membangun smelter sendiri, perusahaan tersebut silakan memasok ke Antam," ujar dia.

Kepastian pasokan

Tri Hartono, Sekretaris perusahaan Aneka Tambang Tbk mengatakan, perusahaan plat merah ini telah menyelesaikan uji kelayakan (feasibility study) pembangunan pabrik anode slime sejak lama. Dalam hitungan Antam, besaran investasi untuk membangun smelter anode slime menjadi dore tidak sebesar biaya pembangunan smelter konsentrat tembaga.

Sebagai gambaran, PT Smelting mengeluarkan investasi untuk membangun smelter tembaga berkapasitas 300.000 ton per tahun sebesar US$ 600 juta, sedangkan untuk membangun pabrik pengolahan anode slime biayanya kurang dari US$ 100 juta.

Meski investasinya tidak seberapa, perusahaan pelat merah ini belum memulai pembangunan pabrik pengolahan anode slime tersebut. Pasalnya, sampai saat ini belum ada kepastian pasokan anode slime. "Kami siap membangun setelah adanya kepastian pasokan," ujar dia.

Tri menyebut, sekarang ini Antam memiliki pabrik logam mulia berkapasitas hingga 85 ton per tahun. Namun, kapasitas terpakai pabrik tersebut baru sebesar 40%.

Tri menyatakan, jika sudah diolah menjadi dore, pabrik tersebut masih dapat menerima semua pasokan dari Smelting. "Sekarang, mesin kami hanya beroperasi setengah hari. Kalau ada tambahan pasokan dore, kami bisa menambah operasional mesin menjadi 24 jam per hari," jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×