kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Punya cadangan 46 triliun cubic feet, Blok East Natuna tak kunjung dikembangkan


Jumat, 20 November 2020 / 17:47 WIB
Punya cadangan 46 triliun cubic feet, Blok East Natuna tak kunjung dikembangkan
ILUSTRASI. natuna


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Blok East Natuna disebut memiliki cadangan hingga 46 triliun cubic feet (tcf) hingga kini belum dikembangkan kendati telah ditemukan sejak 1973 silam.

Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Hadi Ismoyo bilang potensi di East Natuna (sebelumnya dikenal dengan Natuna D-Alpha) sejatinya mencapai 222 tcf.

Kendati demikian, kandungan CO2 yang mencapai 71% membuat pengembangan lapangan tak kunjung terealisasi. 

"Kunci pengembangan sumber daya ada dua hal yakni staging development dan konversi kandungan CO2 menjadi petrokimia serta utilisasi untuk Enchanced Oil Recovery (EOR)," kata Hadi kepada Kontan.co.id, Jumat (20/11).

Baca Juga: Pertamina prioritaskan divestasi untuk blok migas kecil

Menurutnya, selama ini kandungan CO2 maksimum pada blok migas yakni sebesar 35%. Kendati demikian, bukan berarti pengembangan cadangan di East Natuna tidak mungkin dilakukan.

Hadi menambahkan, demi memaksimalkan potensi cadangan gas di Blok East Natuna, tidak harus dengan mitra global, menurutnya Pertamina pun dapat melaksanakan hal tersebut.

Dia melanjutkan, perlu dilakukan Feasibility Study (FS) untuk memetakan sejumlah skenario. Menurutnya, jika memang diperlukan insentif maka Pertamina dapat mengajukan insentif tersebut, namun ia mewanti-wanti pengembangan Blok East Natuna bukanlah untuk mengejar insentif melainkan demi meningkatkan produksi migas nasional.

Langkah ini juga dinilai sejalan dengan target produksi 1 juta barel per hari (bph) minyak dan 12.000 mmscfd gas pada 2030 mendatang.

Hadi melanjutkan, konversi kandungan CO2 menjadi produk petrokimia dapat dilakukan untuk menekan capital expenditure (capex) dan meningkatkan pendapatan.

"Ada kajiannya secara konseptual. Kalau mau detail ya tinggal yang punya lapangan hire profesional di bidangnya. Bukan teknologi yang canggih," kata Hadi.

Sekedar informasi, Blok East Natuna masuk dalam blok yang dikelola Pertamina. 

Dalam catatan Kontan.co.id, Satuan Kerja Khusus Pelaksana kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengundang investor yang tertarik untuk menggarap Blok East Natuna.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut kandungan CO2 pada blok yang dikelola Pertamina ini mencapai 72%. 

Baca Juga: SKK Migas undang investor garap Blok East Natuna yang miliki cadangan gas jumbo

"Natuna D-Alpha adalah blok Pertamina sejauh ini 72% CO2 disana, sangat besar dan Pertamina sudah diskusi beberapa tahun lalu soal keekonomian," ungkap Dwi. Asal tahu saja, blok yang sudah ditemukan sejak 1973 ini diharapkan dapat dikembangkan secara global dengan pengembangan teknologi. 

"Mungkin jika ada investor lain tertarik di situ, kami bisa diskusi dengan Pertamina agar Natuna jadi cadangan gas giant ke depan," ujar Dwi.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menerangkan cadangan gas dalam negeri semula mencapai 62,4 triliun cubic feet (tcf). Namun, besaran tersebut terpangkas menjadi sebesar 43,6 tcf akibat adanya perubahan ketentuan mengenai cadangan yang bisa diproduksi.

Selanjutnya: Perhitungan cadangan gas dalam negeri berubah akibat kesepakatan internasional

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×