kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ramai-ramai gelar aksi merger dan akuisisi, ini kata para pengamat


Senin, 20 September 2021 / 20:46 WIB
Ramai-ramai gelar aksi merger dan akuisisi, ini kata para pengamat
ILUSTRASI. ilustrasi?merger dan akuisisi, mergers and acquisitions


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

Keberadaan pandemi Covid-19 juga bisa menjadi pemicu percepatan aksi konsolidasi demi mencapai efisiensi bisnis yang lebih baik.

“Pandemi ini membuat perusahaan mempertimbangkan beban pengeluarannya. Ketimbang jalan sendiri-sendiri tapi tidak kuat, lebih baik konsolidasi dengan perusahaan lainnya,” ungkap Huda, Senin (20/9).

Perluasan pangsa pasar juga bisa menjadi tujuan lain dilakukannya konsolidasi oleh sejumlah perusahaan. Ambil contoh pada rencana akuisisi Blibli.com terhadap Supra Boga Utama yang memiliki toko Ranch Market yang notabene bergerak di sektor ritel offline atau konvensional.

Jika rencana akuisisi ini terwujud, Blibli.com berkesempatan mengkolaborasikan bisnis ritel online yang selama ini menjadi andalannya dengan bisnis ritel offline yang dijalani oleh Ranch Market.

Adapun tujuan konsolidasi lainnya adalah meningkatkan jumlah aset pada perusahaan yang terlibat. Contohnya terlihat pada merger bank-bank syariah Himbara di awal tahun 2021 yang melahirkan Bank Syariah Indonesia (BSI). Usai merger, aset BSI kian gemuk yakni mencapai Rp 247,3 triliun hingga Juni 2021 atau tumbuh 15,16% (yoy).

 “Dengan adanya peningkatan aset, pihak perusahaan bisa lebih leluasa mencari pendanaan atau modal. Sebab, aset ini bisa menjadi jaminan pembiayaan,” tutur Huda.

Sementara itu, Director Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengaku, tren konsolidasi seperti merger dan akuisisi cukup ramai di Indonesia semenjak adanya pandemi Covid-19.

Aksi konsolidasi tersebut tak hanya melibatkan perusahaan yang berada dalam satu sektor bisnis yang sama, melainkan juga lintas sektor bisnis.

Baca Juga: Sarana Meditama (SAME) akan akusisi Kedoya Adyaraya (RSGK), ini alasannya

Namun demikian, ia menyebut bahwa aksi konsolidasi tersebut tidak selalu berbanding lurus dengan pergerakan harga saham perusahaan yang bersangkutan, khususnya dalam jangka pendek.

Pada dasarnya, investor di pasar modal akan lebih menyoroti dampak-dampak aksi konsolidasi seperti perubahan strategi bisnis perusahaan yang lebih prospektif, sampai perbaikan efisiensi dan kinerja.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×