kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Rampung Kuartal III-2024, Proyek Pot Upgrading Bakal Pacu Kapasitas Produksi Inalum


Kamis, 18 Juli 2024 / 21:00 WIB
Rampung Kuartal III-2024, Proyek Pot Upgrading Bakal Pacu Kapasitas Produksi Inalum
ILUSTRASI. Proyek Pot Upgrading Inalum bakal selesai kuartal III 2024. Nantinya, proyek ini akan menambah kapasitas produksi perusahaan.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anggota Grup Mining Industry Indonesia (MIND ID), PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi alumunium nasional.

Corporate Secretary Inalum Mahyaruddin Ende mengatakan, saat ini tengah menargetkan peningkatan kapasitas produksi hingga sebesar 274.140 pada tahun 2024 dari kapasitas eksisting, saat ini kapasitas produksi Inalum hanya sebesar 250.000 ton per tahun.

Upaya peningkatan kapasitas produksi ini dilakukan melalui pelaksanaan proyek strategis yaitu pot upgrading atau uprading teknologi tungku reduksi.

"Di mana pelaksanaan proyek ini diharapkan dapat diselesaikan pada Q3 2024," kata Mahyaruddin kepada Kontan, Kamis (18/7).

Dengan pot upgrading, secara keseluruhan smelter Kuala Tanjung, yang saat ini dapat memproduksi 250 ribu ton aluminium per tahun, akan mengalami peningkatan produksi hingga mencapai kapasitas 274 ribu ton.

Baca Juga: Inalum Catat Volume Produksi Aluminium Meningkat 53,7% di Semester I-2024

Kontan mencatat, kebutuhan total aluminium di domestik saat ini mencapai 1,2 juta ton per tahun, sementara saat ini Inalum masih sebagai pemasok utama aluminium di Indonesia dengan kapasitasnya baru mencapai 250 ribu ton per tahun.

Kebutuhan aluminium di dalam negeri memang melampaui kapasitas produksi domestik. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Indonesia masih mengimpor ratusan ribu ton aluminium dan barang daripadanya per tahun, setidaknya di lima tahun terakhir. Nilai impornya tembus US$  1 miliar saban tahun.

Secara terperinci, volume impor  aluminium dan barang daripadanya di 5 tahun terakhir berdasarkan data BPS secara berturut-turut ialah sebesar 814.363,36 ton (atau senilai US$ 2,17 miliar) di 2018, 750.070,71 ton (US$ 1,89 miliar) di 2019, 606.730,26 ton (US$ 1,41 miliar)  di 2020, 722.711,86 ton (US$ 2,08 miliar) di 2021, dan 713,821,98 ton (US$ 2,36 miliar) di 2022.

Dus, Indonesia secara kumulatif telah mengimpor 3,60 juta ton aluminium dan barang daripadanya selama 2018-2023 dengan total nilai impor US$ 9,92 miliar selama 2018-2022. 

Barangkali, bukan tanpa alasan Indonesia masih mengimpor aluminium. Selain karena kebutuhan yang tinggi, ada pula persoalan keterbatasan kapasitas pengolahan di tingkat hulu.

Berdasarkan data Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), sumber daya bauksit yang besar yaitu 6,2 miliar ton, sementara cadangannya sebesar 3,2 miliar ton. Dengan angka sumber daya tersebut, Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) memperkirakan daya tahan cadangan bauksit bisa mencapai lebih dari 100 tahun dengan asumsi tingkat kebutuhan  saat ini.

Baca Juga: Inalum Tunjuk Ilhamsyah Mahendra Jadi Direktur Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×