kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,46   -17,27   -1.86%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

RE Martadinata amblas, ongkos ekspedisi makin mahal


Senin, 20 September 2010 / 15:53 WIB
RE Martadinata amblas, ongkos ekspedisi makin mahal


Reporter: Ario Fajar |

JAKARTA. Efek kerusakan Jl RE Martadinata, Tanjung Priok, Jakarta Utara makin panjang. Amblesnya akses ke pelabuhan itu tidak hanya mengganggu lalu lintas angkutan barang dari dan ke pelabuhan, tetapi juga mengganggu bisnis ekspedisi.

PT Eka Kurir Express, perusahaan ekspedisi yang melayani antar jemput surat, dokumen dan barang di wilayah Jakarta dan sekitarnya, mengaku rugi besar akibat amblesnya jalan tersebut. Daniel Maulana, Kepala Operasional Eka Kurir Express, menjelaskan, kerugian itu berasal dari penurunan frekuensi layanan pengantaran barang, sementara biaya operasional malah naik.

Eka Kurir mengoperasikan enam unit mobil dan 34 unit sepedamotor setiap hari. Dari jumlah tersebut, 12 sepeda motor beraktivitas melalui jalan RE Martadinata. Dalam sehari, 12 motor tersebut mampu mengirimkan barang sebanyak 80 kali per hari atau sekitar tujuh kali pengiriman per motor. Tapi, Jl RE Martadinata ambles, layanan pengiriman berkurang menjadi hanya 60-70 kali per hari atau sekitar lima pengiriman saja setiap hari. "Bisnis kami pun terhambat," ujar Daniel kepada KONTAN, Minggu (19/9).

Selama ini, Eka Kurir berfokus pada bisnis pengantaran kilat, per jam, setengah hari dan satu hari. Nah, kerusakan Jl RE Martadinata itu bisa menghambat kelancaran arus pengiriman barang. "Jika pengantaran barang tidak tepat waktu, konsumen kami bakal berpaling ke yang lain," keluh Daniel.

Di sisi lain, sejak Jl RE Martadinata amble, Eka Kurir justru harus menambah biaya operasional sepeda motor kendati frekuensi pengiriman barang menurun. Besarnya tambahan biaya 12% dari biaya operasioal sebelum ada kejadian itu. Penyebabnya, sepeda motor harus melewati rute yang lebih jauh untuk mengantarkan pesanan. "Boleh dibilang kami rugi Rp 15.000 per hari per sepeda motor," kata Daniel.

Kerugian itu berasal dari penambahan uang bensin sebesar Rp 5.000 per sepeda motor, plus Rp 10.000 merupakan kerugian akibat gagal mengirimkan dua dokumen tepat waktu.

Perusahaan ekspedisi lain, PT Inti Parcel Utama, juga merasakan hal sama. "Yang paling terkena dampak adalah mobil pengangkut barang kami," ujar Ndaru Sandhi, Manajer Pemasaran Inti Parcel Utama.

Biasanya, dalam sehari dua hingga tiga mobil Inti Parcel mengantarkan kiriman ke beberapa hotel, rumah sakit dan perusahaan yang rutenya harus melewati jalur RE Martadinata tersebut. Sejak kejadian tersebut, Inti Parcel terpaksa menggunakan motor untuk mengantarkan kiriman ke para pelanggan agar lebih cepat sampai. "Kami harus menambah biaya operasional sebesar 30% untuk bensin sepeda motor," katanya.

Dari 50 unit sepeda motor yang dimiliki Inti Parcel, sekitar 14 diantaranya setiap hari bertugas untuk pengiriman sekitar Jakarta Utara. Rata-rata setiap unit sepeda motor mampu mengangkut lima sampai delapan surat dan dokumen per hari.

Inti Parcel memungut tarif pengantaran mulai Rp 25.000-Rp 45.000 sekali kirim. Perusahaan itu hanya membayar biaya bensin Rp 15.000 sekali jalan. Jika mengambil jalan yang lebih jauh, Inti Parcel menambah biaya bensin Rp 5.000 per motor. "Tapi secara umum efeknya belum berdampak signifikan terhadap bisnis kami," tutur Ndaru.

Menanggapi masalah ini, Sekjen Asosiasi Perusahaan Jasa Ekspress Indonesia (Asperindo) Sukatno menghimbau agar pemerintah segera membenahi jalan tersebut. Pasalnya, jalan tersebut adalah jalan utama dan dekat dengan pusat perdagangan.

Jika tak segera dibenahi, perusahaan jasa kurir skala kecil bakal merugi besar. "Karena jumlah orderan berkurang sementara biaya operasional naik," ujarnya. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×