Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Para konsumen gula putih nampaknya belum bisa bernafas lega. Pasalnya harga gula pasir di dalam negeri masih cukup tinggi. Semeentara itu, impor gula kristal putih yang digunakan sebagai buffer stock diperkirakan tidak akan terealiasi sepenuhnya karena terhambat masalah harga.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan harga rata-rata gula kristal putih pada Maret 2011 sebesar Rp 11.015 per kilogram (kg). Jika dibanding dengan harga rata-rata di Januari 2011 yang sebesar Rp 11.178 per kg, harga gula rata-rata saat ini sudah sedikit turun. Tapi, jika dibanding Maret 2010 lalu yang sebesar Rp 10.961 per kg, maka harga gula saat ini masih cukup tinggi.
Saat ini pasokan gula putih sebagian besar masih tergantung pada pasokan di dalam negeri. Sebab, realisasi impor gula putih masih terhambat. Akibat harga gula internasional yang masih tinggi, para importir yang sudah memperoleh izin impor dari Kementerian Perdagangan juga belum semuanya merealisasikan impornya.
Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Sutarto Alimoeso mengungkapkan realisasi impor gula sedikit tersendat karena masalah harga. "Kalau melihat situasi yang seperti ini, sepertinya tidak ada importir yang bisa merealisasikan kuota impornya secara keseluruhan," ungkapnya akhir pekan lalu.
Catatan saja, pada Oktober 2010 lalu Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan izin impor gula kristal putih sebanyak 450.000 ton kepada enam importir. Rinciannya, PTPN IX 70.000 ton, PTPN X 90.000 ton, PTPN XI 90.000 ton, RNI 50.000 ton, PT PPI 90.000 ton, Bulog 60.000 ton. Izin impor ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 2011 hingga 15 April 2011 nanti.
Impor gula ini dilakukan untuk menambal kebutuhan gula di dalam negeri. Akibat curah hujan yang tinggi, produksi gula nasional tahun 2010 hanya sekitar 2,3 juta ton. Per Januari 2011 lalu stok gula nasional tercatat sebesar 700.000 ton.
Sutarto bilang, hingga saat ini Bulog baru merealisasikan impor gula sebayak 20.000 ton dari total izin impor sebanyak 60.000 ton. Di luar itu, Sutarto bilang saat ini Bulog sedang melakukan negosiasi lagi dari penawaran yang ada. Hanya saja, belum ada kesepakatan karena harga masih tinggi. "Karena sutuasinya seperti ini, kita masih mencoba untuk melakukan negosiasi," jelasnya. Penawaran yang masuk ini antara lain berasal dari Brazil dan Australia.
Selain Bulog yang telah merealisasikan 20.000 ton gula impor, dua importir gula lainnya yaitu PT PPI dan PT Perkebunan Nusantara XI juga mulai merealisasikan impornya. PT PPI misalnya, dari total kuota yang diberikan sebesar 90.000 ton, hingga saat ini baru merealisasikan impornya sebesar 30.000 ton yang sudah masuk hingga akhir Februari lalu.
Sekretaris Perusahaan PTPN XI Adig Suwandi bilang, PTPN XI juga telah merealisasikan impor gulanya meski belum seluruhnya. "Kita sudah setuju impor gula sebesar 15.700 ton dari total kuota sebesar 90.000 ton," ujarnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.
Nantinya, kata Adig gula yang diimpor ini untuk memasok gula di wilayah Medan, Sumatra Utara. Ia bilang, saat ini PTPN XI sangat berhati-hati untuk merealisasikan impor gulanya. Sebab, selain harga gula internasional masih cukup tinggi, ia khawatir di dalam negeri pasar sudah ulai sesak dengan gula rafinasi. Makanya, "Dicari yang pasarnya jelas dulu, kalau tidak kita bisa rugi karena pasar sudah jenuh dengan gula rafinasi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News