kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

REI DKI Minta Dukungan Pemerintah Bantu Pulihkan Industri Realestate


Rabu, 09 September 2020 / 17:50 WIB
REI DKI Minta Dukungan Pemerintah Bantu Pulihkan Industri Realestate
ILUSTRASI. Foto udara pembangunan proyek perumahan di Tangerang, Selasa (8/9). Hingga Juni 2020, penyaluran kredit?pemilikan rumah dan apartemen?(KPR?dan KPA) tumbuh 3,5% dibandingkan tahun sebelumnya, melambat dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,34% (yoy). Secara


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Pengurus Daerah (DPD) Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta  kembali melakukan Riset Realestat yang kedua kalinya.  Riset ini dilakukan pada I 2020 untuk mengukur perkembangan properti.

Ketua DPD REI DKI Jakarta,Arvin F. Iskandar, memaparkan hasil riset yang dilakukan terhadap pengembang yang terdaftar di REI DKI dan memiliki  proyek yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). 

Riset bertujuan untuk memberikan gambaran sekaligus memudahkan pelaku usaha dan konsumen dalam mengambil keputusan.

Hasil riset menunjukkan, bahwa hampir semua pengembang di Jabodetabek dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan penjualan. Namun, mulai membaik pada akhir tahun 2019.

“Tahun lalu sebetulnya berat. Tetapi kami masih optimis dan itu tercermin dari hasil riset kami, bahwa 73% menyatakan bahwa kondisi realestat sama atau bahkan lebih baik dari tahun sebelumnya. Sebanyak 61% menyatakan penjualan produk tahun 2019 sama atau bahkan lebih baaik dari 2018. Demikian juga dari  sisi regulasi dan dukungan pembiayaan,” terang Arvin dalam keterangan resminya, Rabu (9/9).

Baca Juga: REI: Okupansi hotel merosot sampai 90% hingga Juni 2020

Sebanyak 86,5% responden menyatakan bahwa suku bunga kredit memberikan dampak lebih baik bagi iklim usaha. Sebanyak 79,3% menyatakan pemerintah sudah cukup baik, bahkan sangat baik dalam menyediakan infrastruktur.

Kendati awal 2020 industri Realestat digempur pandemi Covid-19, Arvin berharap berbagai stimulus yang diberikan pemerintah bisa dieksekusi pelaku usaha.

“Hampir semua subsektor realestat terdampak. Okupansi hotel maksimum tinggal 15%-20%. Beberapa anggota kami yang kesulitan sudah meminta rescheduling hutang ke perbankan tetapi tidak gampang,” keluhnya.

Ia menambahkan, banyak anggota REI DKI semakin susah melakukan akad kredit karena persyaratan perbankan semakin ketat. Beragam strategi untuk bertahan sudah dilakukan, seperti menekan biaya operasional, gimmik marketing, serta pemberian subsidi bunga oleh pengembang.

“Gerak cepat pemerintah sangat diperlukan. Permudah perijinan. Kita tentu tidak berharap terjadi resesi. Pengembang harus kerja sangat keras untuk bisa bertahan. Akibat pandemi kondisi sebagian besar anggota terutama di DKI Jakarta semakin melemah akibat penurunan aktivitas ekonomi. Tingkat penjualan drop, sementara biaya yang harus dikeluarkan tetap,” ujar Arvin.

Baca Juga: REI DKI Jakarta berikan bantuan bagi masyarakat terdampak Covid-19

Arvin berharap pemerintah DKI Jakarta tetap memberikan dukungan untuk menggairahkan bisnis Realestat dengan memberikan keringanan pajak hotel dan restoran dalam menghadapi pandemi virus corona.

REI DKI Jakarta meminta pemerintah memberikan 50% pajak PBB untuk tahun 2019, penundaan kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) 2020-2021, tanpa denda, potongan pajak reklame 50 persen, dan PPh + pajak hotel tidak diberlakukan karena selama 5 bulan banyak hotel dan bisnis ritel yang tutup tidak operasional.  Tarif PLN dan Gas juga diminta diberikan diskon.

“Kami meminta otoritas berwenang mempertimbangkan stimulus agar jangan sampai pengembang mengalami kesulitan untuk membayar kredit. Beri kami ruang gerak dulu, minimum sampai akhir tahun,” harap Arvin.

Hasil survei  juga menujukkan bahwa mayoritas responden atau 62,7% menyebut penyebab utama penurunan penjualan akibat menciutnya daya beli masyarakat menjadi pemicu penurunan kinerja penjualan untuk semua sektor produk realestat yang dikembangkan.

Hasil ini berbeda dengan riset sebelumnya yang menyebut penurunan penjualan terutama disebabkan oleh tingginya persaingan. Pada riset ini, hanya 34,7 % berpendapat bahwa persaingan jadi penyebab utama turunnya penjualan.

Sebanyak 52% responden menyatakan bahwa realestat yang paling menarik untuk dikembangkan adalah perumahan menengah dan atas. Namun, perumahan menengah bawah khususnya rumah sederhana bersubsidi merupakan produk yang paling memberikan kinerja terbaik sepanjang 2019.

Selanjutnya: Kenaikan Harga Rumah Terus Melambat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×