Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realestat Indonesia (REI) optimis kondisi industri properti akan membaik tahun depan meski menjadi tahun politik. Sebab dari hasil riset yang dilakukan Dewan Pengurus Daerah REI Jakarta, 83% pengembang di DKI menyebuttan bahwa perizinan membangun sudah semakin mudah didapat.
Arvin F. Iskandar, Ketua DPD REI DKI Jakarta mengatakan, selain kemudahan perizinan, optimisme pengembang juga didukung dengan adanya stabilitas suku bunga di perbankan.
"Berdasarkan hasil riset terbaru kami, sebanyak 43,4% anggota REI DKI berharap industri properti 2024 akan jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Diharapkan kemudahan perizinan juga terus meningkat," kata dia dalam keterangan resminya, Senin (4/9).
Sepanjang tahun 2023, sebanyak 94,31% responden mengaku membangun proyek hunian, berupa perumahan dan apartemen. Dengan rincian, 55,52% mengembangkan perumahan menengah dan atas, 28,47% mengembangkan perumahan bawah dan sebanyak 10,32% mengembangkan apartemen jual.
Menurut hasil riset tersebut, produk properti yang memberikan kinerja terbaik adalah perumahan dan apartemen. Rinciannya, 60,1% perumahan menengah atas, 28,1% perumahan bawah dan 5,7% apartemen strata.
Arvin bilang, hasil tersbeut berbeda dengan riset 2020 yang menemukan sebanyak 65,5% anggota REI DKI Jakarta menyatakan perumahan bawah/FLPP adalah produk yang memberikan kinerja terbaik.
Baca Juga: Dua Investor Malaysia Siap Bangun Apartemen di IKN Nusantara
Sedangkan dari sisi pembiayaan, mayoritas pengembang menyebut membutuhkan pendanaan perbankan untuk pembiayan konsumen maupun kredit konstruksi. Sebanyak 63,7% pengembang tidak punya alternatif pembiayaan lain selain bank.
Dibandingkan dengan persyaratan kredit, pengurangan pajak, LTV/DP, pengurangan NJOP maka pengembang menilai bahwa Kebijakan pemerintah yang mampu memberikan dampak yang lebih baik pada perkembangan sektor realestat adalah
Survei menunjukkan bahwa kebijakan paling efektif mendorong industri properti adalah suku bunga kredit, dibandingkan kebijakan terkait persyarakatn kredit, pengurangan pajak atau pun pelonggaran loan to value (LTV) atau kemudahan uang muka.
Sedangkan dari kebutuhan ekpansi, sebanyak 39,5% dari pengembang membutuhkan capital expenditure (capex) sekitar Rp 50 milyar, lebih tinggi 20,9% dibanding kebutuhan capex pada tahun 2020. Sebanyak 17,5% pengembang membutuhkan capex di atas Rp 900 milyar di tahun 2020, sedangkan di tahun 2023 hanya 4,3% yang membutuhkan capex di atas 900 milyar.
Chandra Rambey, Wakil Ketua DPD REI DKI Jakarta Bidang Riset dan Hubungan Luar Negeri mengungkapkan bahwa riset yang dilakukan oleh REI DKI Jakarta ini adalah yang ke-3 kali dan dilakukan secara berkala. Riset dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengumpulan data primer berupa survey melalui penyebaran kuesioner atau wawancara. Responden yang dituju adalah para pengembang anggota REI DKI Jakarta, dengan kurun waktu survey selama ± 3 bulan dari April - Juli 2023.
Tujuannya memberikan informasi sekaligus memudahkan pelaku usaha dan konsumen dalam mengambil keputusan. “Riset dan survei ini kami lakukan sendiri. Dari hasil riset, kami selaku pelaku usaha bisa mendapatkan gambaran dan mengetahui persepsi para pengembang anggota. Sekaligus menjadi pedoman untuk merancang strategi pengembangan produk, sesuai profil industri. Sedangkan untuk pemerintah maupun stakeholder terkait lainnya, mereka bisa membuat kebijakan atau evaluasi tindakan untuk bisa menggerakkan roda ekonomi”, ungkap Chandra Rambey.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News