kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

REI sasar 4 segmen untuk rumah subsidi MBR


Rabu, 21 Juni 2017 / 14:39 WIB
REI sasar 4 segmen untuk rumah subsidi MBR


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Persatuan perusahaan Real Estate Indonesia (REI) menargetkan membangun sekitar 210.000 unit rumah subsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) tahun ini. Adapun prioritas pasar untuk pembangunan hunian tersebut menyasar empat segmen yakni PNS, TNI/Polri, pekerja di sekitar kawasan industri dan kelompok masyarakat informal.

Ketua Umum DPP REI, Soelaeman Soemawinata mengatakan dengan target pasar tersebut, maka ke depan lebih dari 50% orientasi pembangunan rumah oleh REI akan menyentuh penyediaan rumah MBR. "Kami akan mendukung penuh pencapaian target pemerintah dalam membangun sejuta rumah," kata Soelaeman di Jakarta, Selasa (20/6).

Guna mencapai target tersebut, berbagai terobosan akan dilakukan REI baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Dari sisi demand, asosiasi dalam tempo singkat telah berhasil membuat program kerjasama penyediaan rumah rakyat yang terintegrasi dengan berbagai pihak yang menjadi target pasar rumah rakyat.

Untuk menjangkau pasar TNI/Polri , REI telah menjalin kerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Pendidikam Perumahan (YKPP) dan Mabes Polri. Sedangkan untuk pasar PNS, REI melakukan nota kesepahaman dengan Korpri dan Bapertarum PNS yang menangani pembiayaan. Kemudian, asosiasi juga menjalin kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam penyediaan rumah bagi pekerja.

Sedangkan untuk target pasar kelompok masyarakat di sektor informal, REI masih menunggu regulasi pembiayaan yang lebih rinci sebelum menyasar segmen pekerja informal. "REI mendorong lahirnya skema pembiayaan yang memungkinkan sektor informal dapat beli rumah, " kata Soelaeman.

Langkah REI ini bukan tanpa alasan. Sebab, berdasarkan data Badan Pusat statistik (BPS) jumlah pekerja sektor informal per Februari 2017 mencapai 58,35% dari jumlah pekerja Indonesia yang diperkirakan mencapai 140 juta.

Dengan begitu, ada potensi pasar perumahan sekitar 80 juta dari sektor informal yang bisa mengurangi angka kekurangan rumah (baglog) yang saat ini ditaksir mencapai 11,4 juta.

Sementara dari sisi pasokan, REI telah memulai kerjasama dengan pengembang besar dan kecil. Tahun ini, kolaborasi dengan pengembang telah dilakukan di sepuluh provinsi yang diharapkan mampu meningkatkan kapasitas finansial, teknis, managemen dan SDM pengembang.

Soelaeman mengatakan, perjanjian yang dilakukan dengan pengembang saling menguntungkan. Misalnya, pengembang besar cari lahan dan pengembang kecil di daerah membangun sekaligus memasarkan. Atau, pengembang besar bisa melakukan penyertaan modal ke pengembang kecil.

REI juga memberikan perhatian dalam pembangunan perumahan di daerah terluar atau di pulau kecil yang kekurangan rumah murah. Saat ini, misalnya, tengah dilakukan pembangunan rumah subsidi di Mentawai Sumatera Barat dan Lingga Kepulauan Riau.

Hingga Mei lalu, rata-rata pencapaian pembangunan rumah subsidi di provinsi di Indonesia mencapai 35%-40%. Menurut Soelaeman, secara historis, pencapaian memang baru bertambah di bulan Agustus sampai Oktober. " Tapi meskipun belum mencapai 50%, ada beberapa daerah yang menambah targetnya karena berdasarkan data, ada  daerah yang mau dibangun tapi belum bisa disampaikan dan dihitung karena masih dalam perizinan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×