kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rencana ASDP bangun kawasan wisata mendapat sorotan


Rabu, 04 Agustus 2021 / 10:26 WIB
Rencana ASDP bangun kawasan wisata mendapat sorotan
ILUSTRASI. Suasana Pelabuhan Merak di Cilegon, Banten, Sabtu (17/10/2020). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto

Baca Juga: ShopeePay bidik transaksi pembayaran digital tiket kapal ferry milik ASDP

Dia mengungkapkan, ASDP mengenakan tarif sandar kapal dan biaya kepelabuhanan yang sangat tinggi sehingga membebani operator dan pengguna angkutan penyeberangan.

ASDP mematok tarif sandar kapal ferry sebesar Rp144/GT per call (per call di bawah 2 jam), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tarif sandar kapal laut di pelabuhan Pelindo sekitar Rp95/GT per 8 jam.

BUMN itu juga mengenakan tarif kepelabuhan yang tidak wajar, bahkan melampaui tarif transportasinya, seperti di lintasan Ketapang-Gilimanuk tarif Pelabuhan dikenakan Rp3.800, sementara tarif transportasinya Rp3.900.

“Boleh saja tarif mahal tapi pelayanan ASDP harus bagus, semua dermaga dan fasilitas yang disediakan dalam keadaan sempurna,” ujar Bambang Haryo, yang juga Ketua Dewan Penasihat DPP Gapasdap.

Dia menambahkan, dana IPO tidak patut dipakai untuk bisnis lain sebab investasi ASDP sebagian besar merupakan dana hibah yang berasal dari APBN dan Penyertaan Modal Negara (PMN), baik untuk membangun dermaga dan kapal, maupun subsidi keperintisan.

Sebagai contoh, Dermaga 6 (Eksektufi) Merak-Bakauheni dibangun menggunakan 60% APBN dan 40% PMN, begitu juga dermaga lain dan sebagian besar kapal ASDP dibangun oleh pemerintah.

Baca Juga: ASDP dan Damri kerja sama operasional angkutan bus

“ASDP tidak mengembalikan uang negara itu, sementara swasta berinvestasi sendiri tetapi melayani masyarakat dengan tarif yang sama. Jadi laba ASDP sebesar Rp111 miliar pada 2021 itu semu,” kata Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur ini.

Bambang Haryo juga khawatir pembangunan kawasan wisata terpadu tersebut akan menimbulkan conflict of interest, sebab bisa memperlambat arus transportasi penyeberangan demi memajukan bisnis barunya itu.

“Kalau itu terjadi berarti ASDP menghambat prinsip transportasi yaitu kecepatan, keselamatan dan murah. IPO jangan untuk hebat-hebatan dan mencari proyek. Kalau mau kembangkan wisata, harusnya ASDP dorong masyarakat gunakan ferry untuk wisata bahari. Jadi, rencana tersebut harus dibatalkan karena tidak mendukung kecepatan transportasi orang dan logistik,” tandasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Komentar Bambang Haryo Soal Rencana ASDP Bangun Kawasan Wisata,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×