Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
Sebetulnya, Waskita dengan Jasamarga telah lulus proses prakualfikasi proyek Tol Semarang-Demak tahun lalu. Namun Badan Pangatur Jalan Tol (BPJT) membatalkan hasil prakualifikasi karena adanya perubahan trase serta skop pekerjaan. Sehingga prosesnya akan diulang lagi tahun ini.
Sementara dari sisi laba bersih, pencapaian Waskita semester II ini tidak akan setinggi pada paruh pertama karena tiga tol mereka akan mulai beroperasi paruh kedua ini yaitu Tol Depok Antasari seksi I, Tol Ciawi-Sukabumi, dan sebagian dari ruas Pemalang-Batang. "Semua proyek tol kalau di awal-awal pasti rugi. Itu pula yang akan terjadi dengan tol kami," kata Harris.
Tahun ini, Waskita akan fokus menggarap proyek tol yang sudah berjalan. Perusahaan lewat WTR saat ini telah memiliki konsesi di 18 ruas tol yang ditaksir akan menelan investasi sebesar Rp 130 triliun.
Diantaranya, Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, Kayu Agung-Palembang-Betung, Pemalang-batang, Batang-Semarang.
Lalu, Tol Solo -Ngawi, Ngawi-Kertosono, Tol Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, Pasuruan-Probolinggo, Cimanggis-Cibitung, Depok-Antasarri, Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi, Tol Cibitung-Cilincing, Tol Legundi-Bunder, dan Tol Tebing Tinggi-Parapat.
Target awal, WSKT membidik laba bersih Rp 5 triliun tahun ini dan mengkeker kontrak baru Rp 70 triliun. Semester I 2018, capaian kontrak anyar perusahaan BUMN ini masih sangat minim yaitu baru Rp 7,6 triliun.
Namun, laba bersih perseroan melonjak tajam menjadi Rp 2,99 triliun dari Rp 1,28 triliun di semester I tahun lalu. Itu sejalan dengan peningkatan pendapatan sebesa 47,2% menjadi Rp 22,89 triliun.