Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam waktu dekat ini perhitungan tarif dasar listrik (TDL) bakal disisipi nilai dari harga batu bara acuan (HBA). Menanggapi hal tersebut, pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) berharap rencana tersebut dapat dikaji ulang.
Salah satu produsen hilir TPT, PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) memaklumi bahwa hampir 50% pembangkit listrik menggunakan energi batubara. "Tapi yanh perlu dicermati adalah implementasi yakni acuan harga batubara itu sendiri," ujar Prama Yudha Amdan, Corporate Communication PT Asia Pacific Fibers Tbk kepada Kontan.co.id, Jumat (2/2).
Harga batubara yang mengacu pada pasar internasional sangat fluktuatif. "Saat ini harga batubara sedang melambung jadi menurut kami sebaiknya tidak dulu karena industri TPT baru membaik pasca terpuruk di 2017," tutur Yudha.
Ia menggambarkan, seolah-olah industri TPT dihajar lagi dengan kenaikan tarif tentu tidak baik terhadap kinerja bisnis nantinya. Padahal bisnis sektor ini baru naik setelah sekian tahun belakangan menurun.
Namun jika terpaksa dilaksanakan, Yudha berharap ada sosialisasi kepada pelaku usaha. Sosialisasi tidak hanya sebatas ada acuan baru tapi juga harus ada sosialisasi berupa simulasi dampak atau harga yang akan terjadi, sehingga pelaku usaha dapat mempelajari.
"Karena kita sangat rentan jika terdapat ketidakpastian baik kebijakan yang berubah ubah atau kebijakan yang berubah mendadak," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News